Liputan6.com, Jakarta - Indonesia Mining Association (IMA) menyatakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdampak pada pembangunan fasilitas pengelolaan mineral (smelter).
Direktur Eksekutif IMA, Syahrir AB mengatakan barang modal pembangunan smelter berasal dari luar negeri, sehingga pelemahan rupiah sangat dirasakan dalam pembangunan smelter.
Advertisement
"Ya bayangkan saja memang ada peralatan yang dibikin dalam negeri, tidak ada? Adanya impor. Ya mati dia," kata Syahril dalam sebuah diskusi di kawasan Tebet, Jakarta, Senin (31/8/2015).
Syahrir mengungkapkan biaya pembangunan smelter meningkat karena pelemahan rupiah, namun ia belum mendapat laporan besaran kenaikannya. "Anggarannya naik besar, saya tidak tahu persis," tutur Syahrir.
Menurut Syahrir, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan yang berniat membangun smelter. "Tapi ada kesulitan mereka membangun smelter atas pelemahan rupiah," kata Syahrir.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia Indonesia (BI), rupiah melemah sekitar 12,75 persen terhadap dolar AS dari posisi 12.440 per dolar AS pada 31 Desember 2014 menjadi 14.027 per dolar AS pada Senin 31 Agustus 2015. (Pew/Ahm)