Harga Minyak Terpukul Data Ekonomi China

Harga minyak turun 8 persen dipicu pelemahan ekonomi China yang membuat pasar khawatir.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 02 Sep 2015, 06:40 WIB
Tambang Minyak (REUTERS/Cooper Neill)

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun 8 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) membawa harga minyak jenis Brent kembali di bawah US$ 50 per barel. Penurunan tersebut dipicu pelemahan data ekonomi China yang menghidupkan kembali kekhawatiran soal anjloknya permintaan minyak.

Dilansir dari Reuters, Rabu (2/9/2015), angka Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur China turun menjadi 49,7 pada Agustus dari level 50,0 pada bulan sebelumnya. Hal ini memperkuat khawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Data lain menunjukkan pertumbuhan manufaktur AS melambat sektor pada bulan Agustus, untuk kecepatan terlemah dalam lebih dari dua tahun, menambah kekhawatiran tentang goyahnya kegiatan ekonomi di Negeri Paman Sam itu..

Harga minyak jenis Brent merosot US$ 4,59 atau 8,48 persen menjadi US$ 49,56 per barel, usai jatuh ke titik terendah US$ 49,24.

Pada Senin, harga minyak Brent naik US$ 4,1 atau 8,2 persen, memperpanjang reli untuk hari ketiga karena harga minyak pulih dari titik terendah sejak krisis keuangan global. Harga minyak Brent jatuh ke level terendah dalam 6,5 tahun di US$ 42,23 per barel pada 24 Agustus. akibat  jatuhnya pasar ekuitas China membuat  pasar global babak belur.

Harga minyak AS jenis West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 3,79, atau 7,7 persen menjadi US$ 45,41 per barel, setelah jatuh ke level US$ 45,13 per barel menyusul kenaikan 8,8 persen pada Senin kemarin.

Penguatan harga minyak kemarin ditopang oleh data Administrasi Informasi Energi (EIA) yang merevisi data yang menunjukkan produksi minyak AS mencapai puncaknya pada April yaitu di atas 9,6 juta barel per hari (bph), sebelum terkikis lebih dari 300 ribu bph selama dua bulan berikutnya.

Beberapa pedagang pada Senin mengutip komentar dalam publikasi OPEC Bulletin  yang menunjukkan kelompok ini lebih bersedia untuk berbicara dengan produsen non-OPEC tentang membatasi produksi minyak.

Indeks dolar AS yang melemaht tidak berhasil mengangkat minyak pada perdagangan hari ini. Padahal biasanya, pelemahan dolar AS bisa mendongkrak harga komoditas yang dijual dalam dolar AS karena komoditas tersebut menjadi lebih murah bagi konsumen yang pakai matau uang lainnya. (Ndw/Igw)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya