RI Minta Negara Anggota G-20 Tak Egois

Indonesia akan menyerukan kepada negara-negara anggota G-20 untuk tidak menyerah dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 02 Sep 2015, 10:16 WIB
Logo G-20 Turki

Liputan6.com, Jakarta - ‎Indonesia kembali akan menghadiri pertemuan para anggota negara G-20 di Turki pada 3 September 2015. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengutus Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia akan menyerukan kepada negara-negara anggota G-20 untuk tidak menyerah dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia yang dipengaruhi dua sentimen besar, yaitu rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed dan devaluasi Yuan yang dilakukan China.

‎"Kami ingin agar Forum G-20 bisa membuat anggotanya berkomitmen untuk mempunyai soluasi yang lebih terkoordinasi bagi pertumbuhan ekonomi dunia," kata Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo yang ditulis, Rabu (2/9/2015).

Dirinya berharap kepada negara-negara yang memiliki ekonomi besar di dunia untuk tidak egois memikirkan nasib negaranya sendiri tanpa memperhatikan keseimbangan ekonomi negara-negara lain di dunia.

Ditambahkan Agus, dirinya akan terus mendorong terwujudnya komitmen anggota G-20 dimana dalam lima tahun kedepan, negara-negara G-20 mampu menyumbang pertumbuhan ekonomi dunia mencapai 2 persen.

‎"Komitmen dari G-20 adalah kita mengejar pertumbuhan tambahan 2 persen dalam lima taun ke depan jadi itu yang harus betul-betul upayakan terwujud, bagaimana bekerja sama untuk pertumbuhan ekonomi dunia bisa meningkat tambahan 2 persen selama lima tahun ke depan," paparnya.

Tidak hanya itu, Indonesia juga akan memberikan masukan dimana negara-negara berkembang untuk tidak melakukan pelemahan mata uang masing-masing demi sekedar meningkatkan daya saing negaranya. Karena ini akan memberikan dampak yang kurang baik bagi negara-negara yang berkaitan.

"Dan tentu manyampaikan agar negara-negara besar betul-betul memberikan perhatian kepada kebiajkan-kebijakan khususnya kebijakan moneter dan fiskalnya karena itu berpengaruh kepada negara-negara berkembang dan negara secara umum di dunia," tutupnya. (Yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya