Liputan6.com, Beirut - Berkat media sosial, di antaranya Facebook, membuat sebagian besar para pencari suaka meninggalkan negerinya yang berkecamuk untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa. Berkat Facebook pula, mereka mengenal kelompok orang-orang yang bisa membantu mereka untuk meninggalkan negerinya.
Situs yang berbasis di Amerika Serikat ini dan situs sosial media lainnya pernah berjasa memobilisasi orang-orang dalam gerakan 'Arab Spring'. Kini mereka membantu memberikan informasi bagi siapapun orang Suriah yang ingin keluar dari konflik di negerinya.
Advertisement
Para pencari suaka bisa mendapatkan informasi tentang harga, biaya sogokan yang harus mereka bayarkan untuk perjalanan berbahaya mereka. Mulai dari tenggelam di tengah laut bahkan kekurangan oksigen saat harus berhimpitan di mobil bak tertutup.
Tidak hanya media sosial, aplikasi macam Whatsapp dan Viber membantu rute dan kontak para penyelundup. Teman dan saudara yang bakal membantu para imigran agar tidak hilang.
Semenjak Jerman membuka pintu menerima 800.000 imigran, serbuan pencari suaka terutama dari negeri bergejolak seperti Suriah tak terbendung lagi. Selasa 1 September 2015, Uni Eropa, dalam hal ini Hungaria tak mampu lagi mendaftar mereka, membiarkan para pencari suaka naik kereta berjalan menuju Jerman. Hungaria juga menahan laju mereka dengan membentangkan pagar berduri sepanjang perbatasannya dengan Serbia.
Di sebuah grup Facebook berbahasa Arab, para pemberi jasa memposting nomor kontak mereka yang mengatakan bahwa mereka bisa membawa pengungsi dari Turki ke perairan terdekat di Yunani.
Tawarkan 'Kenyamanan' dan 'Keselamatan'
Tawarkan 'Kenyamanan' dan 'Keselamatan'
Bagi yang mencari jalan laut, para penyelundup itu menyediakan jasa penyediaan perahu ke Yunani. Mereka memberi detail perjalanan hingga harga. Sebuah iklan menawarkan ketersediaan 'tempat duduk empuk dari karet' dari kota pantai Izmir, Turki menuju Yunani. Harganya US$1.200 per orang.
"Perjalanan akan dilakukan besok, 100% berangkat," tulis iklan tersebut seperti dikutip dari Reuters. "Kami akan menyediakan jaket pelampung gratis."
Sebuah iklan lain menawarkan perjalanan yang lebih nyaman dengan judul 'Tourist Yacht' seharga 2.500 Euro.
"Facebook telah menuntun para pencari suaka bahkan sebelum mereka meninggalkan Surih," kata Muhammed Salih Ali, direktur LSM Asosiasi Solidaritas Pengungsi Suriah di Izmir, Turki, kepada Reuters (2/9/2015).
"Para pengungsi bisa menghubungi penyelundup di Turki, ketika mereka sampai di negeri ini. Mereka akan memilih dan berbicara kepada penyelundup yang telah memiliki reputasi baik," tambah Ali.
Media sosial diakui telah banyak membantu membuka pemikiran orang-orang di Arab semenjak 2011.
Para aktivis saat itu memobilisasi massa untuk menjatuhkan pemimpin mereka seperti di Mesir, Libia dan Suriah. Media sosial juga digunakan bagi mereka untuk melaporkan kekerasan yang mereka dapati.
Hingga kini, media sosial menjadi senjata andalan bagi para pencari suaka yang berencana melakukan perjalanan ke Eropa.
"Kami jelas menggunakan telepon pintar untuk mencari jalan ke Eropa. Selain itu, kami menggunakan GPS agar tidak tersesat," kata seorang pencari suaka dari Suriah bernama Ahmad yang ditemui di stasiun kereta api di Budapest.
"Kami pakai media sosial, termasuk WhatsApp, Viber atau Facebook untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang kami kenal. Kalau mereka berhasil sampai di barat Eropa, mereka akan memberikan rute untuk menuntun kami," kata Ahmad. "Juga termasuk nomor kontak penyelundup dan hal-hal yang harus kita perhatikan," tambah Ahmad.
Turki menampung sekitar 1,9 juta pengungsi Suriah yang melarikan diri dari perang yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Tujuan mereka adalah masuk Uni Eropa melalui Yunani.
Advertisement
Tidak Punya Banyak Pilihan
Tidak Punya Banyak Pilihan
Badan pengungsi PBB mengatakan lebih dari 4 juta pengungsi Suriah telah tersebar di Timur Tengah. Sementara 7 juta orang kehilangan tempat tinggal mereka akibat perang. Diperkirakan 250.000 orang telah tewas.
Ditengah-tengah perang berkecamuk, yang bisa mereka andalkan adalah internet dan sosial media. Para pencari suaka lewat Facebook bisa bertukar berita terbaru dari Eropa tentang krisis ini, termasuk satu cerita tentang penggemar sepak bola Jerman membentangkan spanduk menyambut pengungsi. Mereka juga membagi artikel lain tentang upaya Hungaria untuk memperkuat perbatasannya dengan Serbia untuk memperlambat aliran manusia.
Perjalanan sepanjang jalan dari Istanbul ke Jerman menghabiskan uang sebesar 6.000 euro, menurut salah satu iklan di Facebook.
"Turki, lalu Yunani, kemudian Macedonia, Serbia, Hungaria, lalu tiba di Jerman. Anda hanya perlu berjalan selama satu jam, dan kemudian menyeberangi sungai, lalu ke Jerman dengan mobil," kata iklan tersebut. Para penyelundup melengkapi iklannya dengan video yang menunjukkan sekelompok orang mengenakan jaket penyelamat merayakan keberhasilan mereka mendarat di Pulau Lesbos Yunani bersama nomor telepon yang bisa dihubungi.
Beberapa pengungsi membuat perjalanan dari Suriah hanya menggunakan satu agen. Hafez, misalnya, seorang pengungsi dari Damaskus, mengatakan ia telah menemukan si agen melalui jaringan sosial. Tak ada pilihan baginya selain mengandalkan si agen itu.
"Kami mendapat informasi tentang siapa, harga, biaya, jumlah suap, telepon - semua rincian logistik. Bagiku itu cukup," katanya kepada Reuters dalam sebuah wawancara di Belgrade.
"Kami tidak hanya mengandalkan mereka, tapi juga menggunakan Google Maps dan titik kordinat untuk bergerak. Untuk saat ini ada dua tempat yang baik di perbatasan dan satu yang berpotensi bermasalah," katanya, sambil menunjuk ke smartphone-nya.
"Butuh waktu tiga bulan untukku membuat keputusan untuk meninggalkan Suriah. Terutama karena putus asa setelah bertahun-tahun perang dan pembunuhan. Inilah yang mendorongku untuk pergi." (Rie/Ein)