Liputan6.com, Jakarta - Perlambatan ekonomi global, fenomena super dolar Amerika Serikat (AS), penurunan harga komoditas sampai kebijakan China mendevaluasi mata uang kian menghimpit negara-negara berkembang di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Kekhawatiran yang menghantui adalah keluarnya aliran modal asing (capital outflow).
Di depan Managing Director International Moneter Fund (IMF) Christine Lagarde, Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo saat Konferensi Keuangan Internasional Future of Asia's Finance: Financing for Development 2015 mengatakan, Indonesia sangat serius menjaga momentum pertumbuhan ekonomi sehingga mampu bertahan dalam situasi sulit ini.
"BI sudah mengambil kebijakan pengetatan moneter sejak 2013 seiring pelemahan ekonomi global. Tapi fundamental ekonomi kita mengalami perbaikan, terlihat pada defisit transaksi berjalan yang lebih rendah, surplus neraca perdagangan dan terkendalinya inflasi," ujar dia di Gedung BI, Jakarta, Rabu (2/9/2015).
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, sambung Agus, pemerintah akan menggenjot pembangunan infrastruktur melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), investasi swasta maupun dengan skema kerjasama swasta dan pemerintah (public privat partnership/PPP).
Seperti diketahui, pemerintah telah mengalokasikan anggaran infrastruktur pada tahun ini sebesar Rp 290 triliun dan meningkat menjadi Rp 313,5 triliun dalam RAPBN 2016.
Menurut Agus, pemerintah Joko Widodo (Jokowi) fokus pada pembangunan infrastruktur di bidang kemaritiman, infrastruktur berbasis rel yang akan mengurangi biaya logistik serta meningkatkan daya saing produk Indonesia.
"Dalam lima tahun ke depan, pemerintah akan membangun 5.000 kilometer (km) jalur rel, sepanjang 2.600 Km jalan tol, 46 DAM, sebanyak 24 pelabuhan dan pembangkit listrik berkapasitas 35 ribu Megawatt," terang dia.
Sementara pendanaannya, kata Agus, bersumber dari APBN, investasi swasta dan jalan alternatif lewat skema PPP. Mantan Menteri Keuangan itu mengaku, Indonesia sudah melakukan reformasi dengan menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM).
"Dari reformasi subsidi BBM, pemerintah punya ruang fiskal sampai US$ 19 miliar yang digunakan untuk membangun infrastruktur, kesejahteraan masyarakat, dan kegiatan produktif lainnya yang akan memberi multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi Negara ini," papar Agus. (Fik/Gdn)
Ini Pidato Gubernur BI di Depan Bos IMF Christine Lagarde
Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) fokus pada pembangunan infrastruktur di bidang kemaritiman.
diperbarui 02 Sep 2015, 11:00 WIBPresiden Joko Widodo menyambut kedatangan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (1/9/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Top 3 Islami: Menurut Gus Baha Gelar Hajatan Itu Haram, Ini Alasannya
Cuaca Hari Ini Sabtu 23 November 2024: Jakarta Pagi Hingga Malam Berawan dan Berawan Tebal
Ford Ungkap Tiga Produk Barunya di GJAW 2024, Ada yang Harga Rp 1,3 Miliar
7 Tips Raih Kesuksesan Sebelum Usia 30 Tahun
3 Resep Cheesecuit, Kreasi Biskuit untuk Piknik di Akhir Pekan
Laporan Bybit dan Blocks Scholes Sambut Donald Trump sebagai Presiden Kripto AS
Tips Rajin Belajar: Panduan Lengkap untuk Meningkatkan Semangat dan Prestasi Akademik
Menikmati Keindahan Lubuak Ranting, Hidden Gem di Tanah Minang
Wamenpora Taufik Hidayat Semringah Kejuaraan Renang Antarklub 2024 Diikuti 900 Atlet Muda
RMK Energy Muat 7,5 Juta Ton Batu Bara hingga Oktober 2024
Turunkan BB Secara Alami dengan Madu dan Jahe, Terbukti Cepat!
23 November 1859: Lahirnya Koboi Legendaris Billy the Kid