Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyediakan 52 perusahaan dan 11 agensi di sektor kelistrikan untuk mendukung program ketenagalistrikan 35 Ribu Mega Watt (MW).
Duta Besar AS untuk Indonesia Robert Blake mengatakan, pemerintah AS mendukung upaya Indonesia mencapai target ketenagalistrikan 35 ribu Mega Watt (MW), melalui Power Working Group.
"Amerika Serikat sangat mendukung upaya Indonesia untuk bisa membangun listrik 35 ribu MW. Jadi upaya kami mendukung program itu, kita membentuk Power Working Group," kata Blake, disela acara Power Working Group, di Kantor PLN Pusat, Jakarta, Rabu (2/8/2015).
Ia mengungkapkan, dalam acara tersebut AS menyediakan 52 perusahaan terbaik dan 11 agensi yang akan bekerja sama dengan PLN dan Kementerian ESDM dalam mencapai target kelistrikan 35 Ribu MW.
"Perusahaan ini terdiri dari listrik independen, perusahaan yang bekerja di energi bersih, perusahaan engineering, perusahaan keuangan, dan hal terkait dg energi. Hari ini, acara awal dari working group, yang akan bekerja sama secara berkelanjutan dalam beberapa tahun kedepan," paparnya.
Menurutnya, kerja sama yang akan berlangsung beberapa tahun ke depan, tersebut merupakan bentuk dukungan Pemerintah AS dalam pencapaian program Presiden Joko Widodo dalam rangka mendapatkan power generation yang bersih, efisien, dan biaya rendah.
"Untuk bisa mendukung Indonesia dan tujuan Presiden Jokowi juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengetaskan kemiskinan," pungkasnya.
Selain AS, China juga tertarik untuk ikut membantu pemerintah dalam mencapai target program ketenagalistrikan 35 ribu MW. Sebelumnya, Chairman Of China Huadian Enginering Co. Limited Sun Qingsong mengatakan, investor China telah mendapat informasi proyek tersebut saat Presiden Joko Widodo bersama beberapa Menterinya berkunjung ke China.
"Presiden Jokowi sudah ke China dengan beberapa kementerian. Ada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)," kata Qingsong saat menghadiri peresmian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng, Bali, Selasa (11/8/2015).
Mendengar kabar tersebut, Qingsong menyambut baik dan berminat menanamkan modal untuk berperan dalam pembangunan pembangkit 35 ribu MW.
"Pihak kami menyambut sangat positif. Kami sudah melakukan studi terhadap program ini dan mudah-mudahan bisa ikut berinvestasi dalam proyek ini," tuturnya.
Menurutnya, Hudian siap mengeluarkan teknologi pembangkit canggih untuk berperan dalam proyek yang porsi paling besarnya dilakukan oleh swasta tersebut.
"Kita bisa menggunakan teknologi yang termutakhir di dunia internasional dan membantu Indonesia mencapai target yang sesuai dengan kebutuhan listrik di dalam negeri," pungkasnya.
Sekedar informasi, pemerintah telah menetapkan 109 proyek yang masuk dalam proyek 35 ribu MW selama periode 2015 hingga 2019. Tak hanya dikerjakan PLN, proyek ini juga bakal digarap pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP).
Dikutip dari publikasi PLN, dari 109 proyek tersebut, sekitar 74 proyek pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 25.904 MW yang dikerjakan dengan skema pengembang listrik swasta dalam lima tahun ke depan dan 35 proyek lainnya berdaya 10.681 MW dikerjakan PLN.
Total kebutuhan pendanaan untuk pembangunan pembangkit listrik selama 2015-2019 sebanyak Rp 1.127 triliun, di mana Rp 512 triliun di antaranya dari PLN dan Rp 615 triliun dari swasta dalam skema IPP.
Pendanaan PLN diperuntukkan bagi proyek pembangkitan Rp 199 triliun dan transmisi serta gardu induk Rp 313 triliun. Sementara, kebutuhan pendanaan IPP Rp 615 triliun seluruhnya untuk pembangkitan. (Pew/Gdn)
Advertisement