Liputan6.com, Washington DC - Akhir Juli 2015 lalu, Korea Utara mengancam akan mengobarkan perang di Semenanjung. Pihak Pyongyang bahkan menyebut, dalam pertempuran dahsyat itu, tak akan ada satu pun orang Amerika Serikat yang hidup di zona merah.
AS tak tinggal diam, Menteri Pertahanan Ashton Carter mengeluarkan ancaman balik. Dia mengatakan, jika Korut menyerang Korea Selatan, Negeri Paman Sam akan merespons. Jika itu sampai terjadi, pihak Utara tak bakal punya kesempatan menang.
Advertisement
"Kami ingin memastikan, pihak Korut harus tahu bahwa provokasi yang mereka lakukan selalu akan ditanggapi dengan serius. Bahwa mereka tak punya kesempatan untuk mengalahkan AS dan sekutu kami, Korsel," kata Carter, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Rabu (2/9/2015).
"Itu (Semenangjung Korea) mungkin adalah satu-satunya tempat -- di dunia-- di mana perang bisa meletus semudah menjentikkan jari."
Komentar tersebut adalah yang paling keras yang pernah dilontarkan Menhan Carter soal Korea Utara. Pada momentum yang tepat: di tengah ketegangan yang kembali terjadi antara Seoul dan Pyongyang.
Sementara itu, pekan lalu, para panglima perang AS sedang menelaah strategi perang Amerika untuk mempertahankan Korsel, mengantisipasi langkah mendadak pihak Korut -- yang terindikasi sempat memobilisasi tentaranya.
Ketegangan bermula saat Korsel mengarahkan siaran yang dianggap propaganda ke wilayah Korut di perbatasan. Siaran itu berisi buletin berita, perkiraan cuaca, dan musik.
Korut lalu menembakkan artileri di sepanjang perbatasan untuk memprotes siaran tersebut. Korsel kemudian membalas dengan menembakkan artileri ke wilayah Korut dekat perbatasan kedua negara.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un lantas memerintahkan pasukan garis depan pertahanan untuk siaga perang.
Sebelumnya, Kim Jong-un membanggakan senjata nuklir yang mereka miliki. "Berakhir sudah era ancaman nuklir AS. Sekarang mereka sudah tidak punya senjata nuklir dan mereka takut karena kita punya. Kita adalah sumber mimpi buruk mereka," kata dia.
Sementara, Menhan Korut Pak Yong-sik, melayangkan ancaman pada AS. "AS menunjukkan taringnya pada kita selama Perang Korea di masa lalu, Namun, kalau sampai terjadi perang kedua, itu akan menjadi hari di mana imperialisme AS berakhir," kata dia.
Perbandingan Kekuatan Tempur
Korea Utara diyakini memiliki 1 juta tentara, belum termasuk cadangan personel dari sipil. Sementara, sejumlah peralatan militer yang dimiliki pihak utara sudah menua.
Namun, ada senjata pamungkas yang selalu mereka koarkan: nuklir.
Di sisi lain, meski jumlah tentara lebih sedikit, Korsel mendapatkan keuntungan dari suplai AS, termasuk 2.000 tank dan ratusan jet tempur F5, F15, dan F16.
Seoul juga mendapat perlindungan dari keberadaan 28.500 tentara AS di pangkalan militer permanen di sana. (Ein/Yus)