Saran Ekonom ADB Agar RI Keluar dari Ancaman Krisis

ADB memperkirakan belanja infrastruktur yang dianggarkan Rp 290 triliun pada tahun ini bisa terserap minimal 85 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 03 Sep 2015, 17:15 WIB
Asian Development Bank (Foto: Reuters).

Liputan6.com, Jakarta - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) mengimbau kepada pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) untuk memacu belanja, menjaga konsumsi masyarakat serta memperbanyak sentimen positif dari dalam negeri. Langkah tersebut diyakini akan mengangkat pertumbuhan ekonomi nasional sehingga terbebas dari ancaman krisis.

Deputy Country Director sekaligus Ekonom ADB, Edimon Ginting mengungkapkan, kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi terletak pada investasi di saat lesunya kinerja ekspor. Kegiatan investasi, sambungnya terkait dengan belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.

"Kunci utama mengembalikan pertumbuhan ekonomi, yaitu investasi domestik dan asing. Paket kebijakan deregulasi mengarah ke sana, di mana belanja pemerintah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi," kata dia di kantornya, Jakarta, Kamis (3/9/2015).

Edimon memperkirakan belanja infrastruktur yang dianggarkan Rp 290 triliun pada tahun ini bisa terserap minimal 85 persen sampai akhir Desember 2015. Jika ini terealisasi, maka upaya menjaga daya beli masyarakat bisa dikatakan berhasil.

"Pemerintah sudah menaikkan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk masyarakat menengah ke bawah hingga 40 persen lebih. Ini bisa jadi kompensasi pendapatan masyarakat, termasuk menambah penyaluran beras miskin dapat mempertahankan laju konsumsi," jelas Edimon.

Kata dia, pemerintah harus memaksimalkan pertumbuhan domestik di kala Indonesia sedang mengalami turbulensi dari luar negeri. Edimon bereaksi positif atas kebijakan fiskal yang diambil pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang mengetatkan kebijakan moneter karena lebih mengutamakan stabilitas.

"Pemerintah sudah punya mekanisme untuk menangani krisis sebelum itu datang, semisal buyback saham, koordinasi yang lebih bagus," paparnya.

Edimon menyarankan, agar pemerintah menetapkan kebijakan yang mampu melahirkan sentimen positif bagi para pelaku pasar dan investor, salah satunya aturan deregulasi besar-besaran yang masuk dalam paket kebijakan pemerintah.

"Saran saya perbanyak berita bagus dari domestik, contohnya deregulasi yang lebih terarah dan punya daya dorong. Termasuk berita ekonomi menyangkut inflasi turun dan defisit transaksi berjalan menyempit," tutur dia.

Dengan cara ini, Edimon memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun ini sebesar 5 persen atau tidak berubah dari posisi awal. "Di semester I 2015, pertumbuhan ekonomi 4,7 persen, jadi kita berani pasang 5 persen," tandasnya. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya