Liputan6.com, Jakarta Asisten Deputi Olahraga Layanan Khusus Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Dr Bayu Rahadian, mengatakan bermain gawai seperti ponsel cerdas hanya mengasah aspek kognitif pada anak.
"Bermain hanya merangsang aspek kognitif pada anak, sementara aspek lainnya yang juga penting pada anak usia dini yakni afektif dan psikomotorik tidak terangsang dengan baik," ujar Bayu di sela-sela Festival Olahraga Anak Usia Dini di Jakarta, Kamis.
Advertisement
Bermain gawai, lanjut dia, lebih banyak membuat anak tidak aktif dan malas bergerak. Berbagai macam dampak ditimbulkan akibat terlalu sering bermain gawai contohnya kegemukan, perkembangan anak terganggu, sulit tidur, radiasi, hingga gangguan penglihatan.
Sementara, dengan anak-anak bergerak maka akan melatih aspek afektif dan psikomotorik anak. Aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual anak.
Sedangkan aspek afektif berkaitan dengan perilaku anak dan psikomotorik berkaitan dengan keterampilan anak.
"Kami bukan antigawai, namun kami mengharapkan anak-anak terutama anak usia dini lebih banyak bergerak dibandingkan hanya duduk bermain gawai."
Dengan bergerak, lanjut dia, anak-anak tidak melewati tahap perkembangan kehidupannya sendiri karena keasyikan bermain gawai dan anak lebih menyukai olahraga ketika dewasa.
Bayu sangat menyayangkan dengan sikap sebagian besar orang tua, terutama di perkotaan yang membiarkan anak-anaknya "diasuh" oleh gawai dan jarang bergerak.
"Festival Olahraga Anak Usia Dini bertujuan untuk mengajak anak usia dini bergerak."
Ahli anak dari Universitas Boston, Amerika Serikat, Dr Jenny Radesky, mengatakan penggunaan gawai pada anak usia dini semakin intensif dan akan memberikan dampak pada perkembangan perilaku anak.
Penggunaan gawai mengurangi dan menggantikan jumlah waktu tatap muka langsung antarmanusia.
Penggunaan gawai yang berlebihan di usia dini juga bisa mengganggu perkembangan keterampilan berempati, sosial dan pemecahan masalah anak.