Liputan6.com, Doha - Sesaat setelah foto Aylan, bocah tiga tahun yang ditemukan meninggal dunia di Semenanjung Bodrum di Turki. Di pantai Ali Hoca Point. Dunia pun gempar.
Semua marah. Kecewa dan sedih. Tak terkecuali para seniman. Mereka mengungkapkan kesedihan sekaligus kekecewaan pada dunia atas pembiaran para pencari suaka ini. Termasuk Aylan, kakaknya dan ibunya yang tewas tenggelam.
Advertisement
"Melihat posisi anak itu, meninggal seperti tertidur di pantai di negara yang seharusnya menolong dan memberikan masa depan. Melihat seorang anak yang harus keluar dari negara yang sedang berperang dan mati. Aku rasa foto itu berbicara sendiri," kata Murat Sayin, seorang ilustrator dari Ankara, Turki, seperti dikutip dari CNN, Sabtu (5/9/2015).
Hal yang sama dirasa Islam Gawish, seorang kartunis dari Mesir. Ia menggambar Aylan terbang ke awan, membawa bunga dan sayap putih di punggungnya.
"Aylan menginginkan kebebasan. Ia telah terbunuh oleh perang. Perang yang tak pernah ia lakukan," kata Gawish. "Aylan kini punya tempat di surga."
Bagi Khalid Albaih, seorang kartunis politik dari Sudan yang tinggal di Doha, Qatar merasakan bagaimana seorang ayah harus menyelamatkan keluarganya dari perang.
"Aku tahu, sebagai ayah, saat menghadapi tekanan luar biasa dari perang. Ia pasti akan membawa keluarganya ke tempat yang aman. Aku menangis. Hanya orangtua yang mengerti," kata Albaih.
Foto itu sendiro begitu menyayat dan kejam untuk Mahnaz Yasdani, seorang animator dari Iran. Sebelumnya ia telah memikirkan para pengungsi Suriah berminggu-minggu. Foto Aylan membuat ia terhenyak. Ia membuat gambar yang mengilustrasikan kebutuhan para pengungsi: tanah yang aman.
"Foto Aylan begitu kejam. tidak, aku tidak mau, aku ingin mengubah alam dan ombak yang dingin adalah selimut hangat untuk anak-anak tidur." Baca: 'Maafkan Kami, Aylan...'. (Rie/Ans)