Liputan6.com, Aceh - Kebun berbukit-bukit sekitar 800 hektare ini adalah bagian area jelajah gajah liar. Seekor gajah liar punya kemampuan jelajah sekitar 10 hingga 20 km setiap hari.
Ini situasi yang cukup mengerikan bagi penduduk Desa Pante, Aceh. Gajah-gajah liar ini tidak hanya mencari makan, namun sewaktu-waktu bisa menjadi pembunuh paling kejam bagi siapapun.
Advertisement
Adanya ancaman ini membangkitkan nyali pemuda-pemuda desa. Mereka membuat regu yang saat ini mulai bergerilya mencari gajah liar di kebun.
Seorang pemuda cukup beruntung, ia nyaris menjadi korban pada sebuah pertempuran dengan gajah liar. Saat melancarkan serangan dengan bom molotov, gajah tak gentar bahkan berlari maju meyerang balik.
Pertempuran yang melelahkan, siang ini sudah 2 jam belum membuahkan hasil. Gajah belum meninggalkan kawasan pertanian desa. Regu ini pun memutuskan untuk mundur sejenak dari medan laga.
Pasokan karbit untuk meriam pengusir gajah harus ditambah. Setelah persiapan selesai, mereka langsung kembali ke medan laga. Dan benar, di balik rerimbunan muncul gerakan kibasan daun telinga gajah liar.
Bila gajah mulai mengangkat kepala dan membentangkan sambil mengibas-ngibaskan daun telinga ini artinya ia sedang mengancam.
Maka salah satu anggota pasukan siap-siap dengan bom molotov. Ini penting, sebab bila gajah bergerak maju ia mampu menerjang apapun di depannya tak peduli dengan rimbunnya hutan.
Sedang bagi pasukan, mereka hanya mampu bertahan di balik pokok pohon yang besar sementara di kawasan itu yang ada hanya tanaman dengan batang kayu yang kecil.
Saat gajah mulai bersembunyi. Pasukan terus bergerak dan kali ini di kawasan pinggir sungai. Lagi-lagi dari jarak 10 meter gajah terlihat.
Desa Perlintasan Gajah Liar
Desa Pante, Peusangan, Bireuen, Aceh Tengah kini dalam kondisi benar-benar mencekam. Gajah-gajah liar benar-benar berkeliaran di kawasan desa.
Meski warga bisa lolos dari ancaman maut yang ditebar gajah liar, warga tak bisa lolos dari ancaman kehancuran ekonomi.
Dalam sehari, seekor gajah liar bila menduduki satu kawasan perkebunan ia akan merusak puluhan pohon pinang, coklat, pisang, pepaya, durian, dan kelapa sawit. Semua tanaman ini adalah sandaran ekonomi warga.
Dan gajah liar kali ini sudah satu bulan menduduki kawasan Desa Pante, Peusangan. Tentu saja warga terus berusaha mengusir gajah keluar dari kawasan desa.
Bahkan ada warga yang seolah putus asa karena tak lagi punya daya menghadapi amuk gajah liar. Ia biarkan pohon-pohon pinang yang roboh teronggok begitu saja.
Kawasan ini benar-benar jalur lintasan gajah liar, bahkan rumah warga di ujung desa ini tersenggol gajah liar pun sudah compang camping.
Ini membuktikan apapun yang ada di lintasan akan dihancurkan saat binatang darat terbesar setelah punahnya dinosaurus ini melintas.
Bahkan bila warga kepergok gajah liar, dalam keadaan sendirian nyali pun tiba-tiba ciut karena kekuatan gajah liar yang luar biasa. Maka apapun yang dilakukan gajah liar akan ia biarkan.
Penduduk Desa Peusangan tak bisa tidur nyenyak sebelum gajah liar meninggalkan kawasan desa.
Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Warga melacak keberadaan dan gerakan gajah liar.
Warga tahu betul kebiasaan gajah-gajah liar yang pernah menginjakkan kaki di desanya. Ia benar-benar aktif di malam hari.
Dan baru berjalan beberapa menit, masih di dalam perkampungan, tiba-tiba seorang warga ada yang berteriak karena ada gajah yang tidur di belakang rumah warga.
Dan gajah yang tertidur adalah gajah yang sudah dikenali warga. Gajah liar pengguna kalung GPS Colar atau GPS pelacak yang dipasang oleh BKSDA.
Tiba-tiba situasi berubah kisruh. Tak mau ambil risiko warga tetap berusaha mengusir gajah yang sedang tidur dari kampung.
Usaha ini sesungguhnya hanya solusi sesaat, sebab desa ini tetap jalur lintasan gajah liar. Maka gajah tetap akan melintas di kawasan ini.
Saksikan jalur konflik gajah liar melawan manusia selengkapnya dalam Potret Menembus Batas SCTV, Senin (7/9/2015), di bawah ini. (Nda/Ali)