Liputan6.com, Riau - Diselimuti kabut asap pekat yang memerihkan mata dan menyesakkan napas, sekitar 2.000 warga mengikuti salat istisqa di halaman Masjid An Nur, Pekanbaru, Riau. Laki-laki perempuan, tua, muda hingga anak-anak, khusyuk mengikuti salat. Inilah salah satu upaya warga untuk mengakhiri kemarau panjang, sekaligus menyudahi bencana kabut asap yang mendera mereka.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Senin (7/9/2015), ketika doa dipanjatkan tak sedikit warga yang menangis, pertanda kepasrahan dan kesungguhan.
Advertisement
Kabut asap berkepanjangan mendorong seratusan warga Jambi menggelar protes. Mereka menilai kebakaran lahan yang menimbulkan kabut asap terjadi karena pemerintah terlalu mudah mengeluarkan konsesi lahan menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan.
Ironisnya, saat pembakaran lahan oleh korporasi terjadi, pemerintah terkesan tutup mata. Namun sangat reaktif jika yang membakar rakyat kecil.
Kabut asap memang sangat mengganggu. Dampaknya sangat merugikan kesehatan maupun kegiatan ekonomi. Tak hanya penerbangan, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, misalnya, kabut asap juga melumpuhkan Pelabuhan Rambang di tepi Sungai Kahayan.
Aktivitas bongkar muat barang terhenti. Kapal-kapal penyangkut barang dari dan ke Palangkaraya pun tak berani berlayar. (Dan/Ado)