Citizen6, Jakarta Sabtu, 05 September 2015 menjadi bukti bahwa anak-anak TKI di Sabah, Malaysia yang berada dalam keterbatasan mampu berprestasi. Tiga siswa Community Learning Centre (CLC) SD Tunas Perwira membuktikan prestasinya pada ajang Apresiasi Prestasi dan Seni (APSI) 2015 tingkat Sekolah Dasar. Ada sekitar 80 Sekolah yang mengikuti kegiatan ini yang berlangsung pada tanggal 29 Agustus 2015 di 5 distrik se Sabah, Malaysia.
Advertisement
Dan pada acara Grand Final APSI yang diselenggarakan di kantor Konsulat RI Tawa pada Sabtu, 05 september 2015 mereka menjadi yang terbaik dari 12 tim finalis.
Ada dua keterbatasan yang mereka hadapi, pertama mereka harus belajar di tempat yang minim fasilitas belajar; sebuah ruangan jelek yang diberikan sekat dari triplek pembatas SD dan SMP, beratapkan seng, beralaskan tanah dan debu dan tanpa toilet.
Minimnya fasilitas belajar yang menjadi keprihatinan Atase Dikbud KBRI Kuala Lumpur, Prof. Ari Purbayanto saat meninjau langsung lokasi CLC-CLC yang ada di Sabah. “Saya merasa bersedih, ternyata banyak sekolah yang faslitasnya tidak memadai. Mohon dibuatkan profilnya dan dianalisis apa yang menjadi keperluannya. Insyaallah ini akan menjadi perhatian pemerintah”. Ucap Ari Purbayanto saat memberikan sambutan pada pembukaan grand final APSI 2015.
Keterbatasan yang kedua adalah mereka belajar di sekolah Ilegal. Anak-anak Indonesia yang berada di Sabah terbagi dua, ada yang tinggal di perkebunan sawit ada yang di perkotaan. Bagi yang tinggal di perkebunan sawit, mereka sedikit lebih beruntung karena Indonesia telah mengantongi ijin untuk mendirikan Community Learning Centre (CLC).
Namun untuk wilayah bukan perkebunan sawit, pemerintah Sabah belum memberikan ijin. CLC Tunas Perwira ini merupakan salah satu sekolah untuk memfasilitasi kegiatan belajar anak-anak yang berada di luar perkebunan sawit.
Atas prestasi yang ditorehkan oleh siswa CLC SD Tunas Perwira, Fungsi Sosbud KRI Tawau, Dian Ratri Astuti mengungkapan rasa haru dan bangganya melalui tulisan di dinding facebooknya. “Hari ini saya sungguh terharu dan bangga akan semangat dan kesungguhan semua pihak dalam mensukseskan layanan pendidikan bagi anak-anak kita di Sabah Malaysia. Status sekolah boleh masih ilegal.
Ia boleh jadi hanya berawal dari gubug kecil beralaskan tanah, tanpa tandas, beratap dan berdinding seng, hanya tersekat tripleks usang untuk memisahkan anak SD dan SMP. Sang maestro pun harus menghadapi kepelikan karena tidak adanya kepastian jaminan tinggalnya di negri orang dengan ketidakpastian sumber pendapatan yang penting untuk menopang diri dan keluarganya sendiri.”
Penulis:
Padlil Syah
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
***Ingin berdiskusi peristiwa yang sedang tren,pendidikan, kuliner, kecantikan dan uniknya dunia yuk klik di http://forum.liputan6.com/