Liputan6.com, Orleansville - Hari ini, 61 tahun silam, bumi berguncang kuat di Aljazair, dekat Orleansville. Tercatat guncangan 6,8 skala richter terjadi di sana. Sekitar 32.000 orang tinggal di kota pusat perdagangan yang populer pada tahun 1954 itu.
Mereka sebenarnya sudah biasa dengan tremor yang kerap terjadi. Sebelumnya, sekitar 50 kali gempa terdeteksi di daerah itu setiap tahun, bahkan warga menggunakan alat untuk mendeteksi getaran.
Advertisement
Tapi mereka tidak siap dengan gempa besar yang melanda pukul 01.07 dini hari. Yang mengguncang seluruh lembah sekitar 12 sampai 15 detik.
"Menewaskan 1.600 orang. 5.000 lainnya luka-luka akibat tremor kuat dan serangkaian gempa susulan yang menyertai lindu utama," demikian seperti diberitakan History Channel.
30 Pekerja konstruksi yang sedang tidur di sebuah bangunan setengah jadi meregang nyawa. Mereka semua meninggal tertimpa struktur bangunan yang runtuh.
Katedral St. Peter berubah menjadi puing-puing tertutup lonceng menara.
Stadion, penjara, rumah sakit dan markas tentara, semuanya runtuh saat gempa. Lindu itu juga dirasakan di luar kota.
"Beberapa dombaku benar-benar hilang ditelan bumi," lapor salah seorang penggembala Aljazair.
Sebuah retakan akibat guncangan gempa dahsyat itu, terbentu hingga 24 mil ke utara Tenes di pantai Mediterania. 10 Ribu orang kehilangan tempat tinggal akibat lindu tersebut.
Gempa Aljazair juga memorak-porandakan lembah Sungai Cheliff yang merupakan lahan pertanian terbaik di Afrika Utara. Pun Orleansville, yang merupakan pusatnya, sebagai tempat untuk menelusuri sejarah Romawi kuno. Semuanya hancur.
Pada tanggal yang sama tahun 1948, Kim Il-sung menyatakan secara resmi pendirian Republik Demokratik Rakyat Korea. Sementara pada 9 September 1949, tercatat sebagai hari lahir Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-6 Indonesia.
(Tnt/Ron)