Rupiah Melemah, JK Khawatir PHK Terjadi di Industri Bahan Impor

Pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 08 Sep 2015, 19:27 WIB
Jusuf Kalla (Liputan6.com/Helmi Fitriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Nilai tukar rupiah kembali terkoreksi hingga menyentuh level 14.300 per dolar AS pada perdagangan intraday Selasa (8/9/2015). Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tertentu.

"Tergantung kalau industri dengan bahan impor bahan baku ya pasti berpengaruh (terjadi PHK), tapi industri dengan bahan baku yang lokal saya kira tidak banyak masalah," kata JK, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (8/9/2015).

Terkait dengan cara memperkuat nilai tukar rupiah, JK mengatakan pemerintah akan‎ mempercepat realisasi pembangunan proyek. Bila ada proyek, maka terjadi perputaran uang sehingga di tengah lemahnya rupiah atas dolar AS, daya beli masyarakat tidak turun.

"‎Bagaimana kami mempercepat proyek yang ada supaya uang dari masyarakat berputar. Bagiamana menaikkan kurs-kurs bahan pokok atau pangan, kemudian bagaimana kita menutup kita punya defisit dengan kegiatan ekspor dan seperti perusahan dalam negeri, cuma sektor riil yang bisa menyelesaikan ini," terang JK.

‎JK juga mengatakan besok pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk mengatasi masalah yang ada. Tapi ia tidak membocorkan isi dari paket tersebut. "Tunggu aja besok. Ya sudah sering dibahas tapi masih banyak perlu penyesuaian-penyesuaian," tandas JK.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.216 per dolar AS hingga 14.249 per dolar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah kembali terkikis 0,4 persen menjadi 14.234 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.178 per dolar AS.

Analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan, pelemahan rupiah karena membaiknya data ketenagakerjaan Amerika Serikat sehingga meningkatkan ekpektasi pelaku pasar atas kenaikan suku bunga AS.

Laporan Departemen Tenaga Kerja yang dirilis pada hari Jumat pekan lalu, menunjukkan data nonfarm payrolls bertambah 173 ribu pada bulan lalu, melambat dari kenaikan bulan Juli yang direvisi menjadi bertambah 245 ribu.

Sedangkaan tingkat pengangguran turun menjadi 5,1 persen, terendah dalam lebih dari tujuh tahun terakhir, sehingga meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga AS. (Silvanus Alvin/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya