Liputan6.com, Mekah - Layanan Tenaga Pengantar Obat (Tepat) yang digagas Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Mekah dibentuk. Seperti pada tahun sebelumnya, Tepat diharapkan dapat membantu proses pengiriman obat di setiap sektor untuk mengantarkan obat ke kloter-kloter.
Personel Tepat akan bertugas 40 hari sampai Armina (Arafah, Musdhalifah, dan Mina). Ada 9 orang tenaga musiman (temus) yang nantinya bertugas. Uniknya mereka dibekali sepeda sebagai cara untuk pendistribusian obat.
Advertisement
"Tenaga Tepat akan menggunakan sepeda untuk operasionalnya, kecuali yang ada di sektor 8, karena di sektor ini hanya berpusat pada satu penginapan saja," ujar Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi Mawari Edy kepada Liputan6.com di Mekah, Arab Saudi, belum lama ini.
Personel Tepat adalah orang-orang pilihan. Dari 29 pendaftar, hanya 9 orang yang terpilih. Adapun jumlahnya disesuaikan dengan jumlah sektor yang ada di Mekah dan kebutuhannya mengikuti permintaan dari seksi Perbekes (Perbekalan Kesehatan) yang mempunyai tanggung jawab distribusi kepada kloter.
Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Fidiansjah, Tepat memiliki fungsi yang sangat strategis dalam pendistribusian obat, sehingga para petugas kesehatan di sektor dan kloter bisa tetap fokus merawat jemaah.
Sistem pengiriman obat sudah menggunakan sistem komputerisasi di mana petugas kesehatan kloter cukup mengirimkan laporan ke sektor, kemudian pihak sektor akan menindaklanjuti permintaan itu melalui Tepat.
"Jadi waktunya efisien, sasarannya langsung diterima jemaah dan manfaatnya langsung dirasakan petugas karena bisa langsung mendapatkan obat tersebut," tegas Fidiansjah.
Simpel dan Unik
Sementara itu, Suhardani (42) mengaku senang terpilih kembali menjadi anggota Tepat. Sebelumnya, dia juga terpilih pada musim haji 2013. Menurut dia Tepat itu unik.
"Belum ada di negara lain ide semacam ini. Simpel, aneh, dan lucu," kata pria yang sudah bekerja di Arab Saudi sejak 1993 ini.
Suhardani mengaku punya pengalaman menarik saat menjadi anggota Tepat pada 2013. Menurut dia, medan perumahan yang harus dilalui saat itu naik-turun. Suatu saat, ketika dia akan menuruni sebuah tanjakan, tiba-tiba rem sepedanya blong, sementara di depannya ada taksi yang sedang berhenti.
"Saya sudah teriak-teriak, taksinya tidak bergerak sehingga akhirnya nabrak. Ban sepeda saya sampai rusak," kisah Suhardani. (Ado/Rmn)