Liputan6.com, Seoul - Di kalangan masyarakat Indonesia, bubuk kopi seringkali dipakai sebagai penyerap bau tidak enak, misalnya di dalam dapur atau di dalam kulkas. Ternyata, secara ilmiah, kebiasaan ini ada benarnya.
Sekelompok ilmuwan di Korea Selatan telah mengembangkan proses sederhana yang mengubah bubuk kopi bekas pakai menjadi penyerap gas metana. Proses ini melibatkan perendaman dan pemanasan secara sederhana sehingga mengubah bubuk kopi tersebut menjadi bahan karbon penyerap yang berasal dari daur ulang. Hasil percobaan itu diterbitkan dalam jurnal Nanotechnology pada Rabu lalu (02/09/2015).
Advertisement
Penyerapan dan peyimpanan gas metana memberikan dua keuntungan pada lingkungan. Pertama, penyerapan itu membersihkan atmosfer, tapi kemudian dapat digunakan menjadi bahan bakar yang lebih bersih daripada bahan bakar dari fosil.
Proses ini dikembangkan oleh para peneliti di Ulsan National Institute of Science and Technology (UNIST) di Korea Selatan. Penelitian ini mencakup perendaman bubuk kopi bekas pakai ke dalam larutan potassium hidroksida dan memanaskannya dalam tungku dalam suhu 700-900 Celcius.
Christian Kemp, penulis makalah dan pengajar di Pohang University of Science and Technology, mengatakan, “Bahan bekas pakai ini bisa dianggap ekonomis bila dibandingkan dengan logam dan kimia organik mahal yang diperlukan dalam proses lain. Dan proses bubuk kopi ini jauh lebih mudah.”
Ilmuwan itu mendapatkan gagasan penggunaan bubuk kopi ini ketika membahas proyek yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan seorang rekan di UNIST.
“Kami sedang duduk-duduk menikmati kopi dan melihat bubuk kopi, dan tiba-tiba terpikir ‘Bagaimana jika kita dapat menggunakannya untuk menyimpan gas metana?’”
Selanjutnya dijelaskan bahwa daya serap bubuk kopi menjadi penyebab keberhasilan bahan penyerapan karbon.
“Kelihatannya, ketika kami menambahkan sodium hidroksida, bahan itu menyerap segalanya. Kami bisa menghemat satu langkah dalam proses aktivasi biasa, yaitu pentapisan dan pencucian, karena kopi merupakan bahan penyerap yang luar biasa.”
Penelitian ini juga mengarah kepada penyimpanan hidrogen dalam suhu sangat dingin (kryogenik) dan para peneliti ingin mengembangkan cara penyimpanan hidrogen pada suhu yang tidak terlalu dingin dalam bubuk kopi bekas pakai.
Makalah ini diterbitkan dalam jurnal Nanotechnology terbitan IOP Publishing yang merupakan bagian dari Institute of Physics. Lembaga ini merupakan masyarakat ilmiah terkemuka untuk memajukan fisika dan menjadi wadah para ahli fisika demi manfaat bersama. (Alx/Rcy)
Baca Juga
UNIQLO Gandeng Rama Dauhan Desain Bordir Khas Indonesia, Mi Ayam hingga Kaleng Kerupuk Jadi Inspirasi
Italia Promosi Teknologi Mesin Tekstil Ramah Lingkungan di Bandung dan Solo, Bagaimana Respons Pelaku Industri Lokal?
4 Universitas di Indonesia Ungkap Upaya Ramah Lingkungan di Kampus, Salah Satunya Sediakan Air Isi Ulang