Liputan6.com, London - Perkosaan atau kekerasan seksual yang dialami kaum hawa bisa membuatnya tak bisa lagi menikmati bercinta. Tapi, Pavan Amara bisa membantu wanita korban perkosaan bisa kembali menikmati bercinta.
Amara yang merupakan pendiri organisasi My Body Back membangun klinik khusus korban kekerasan seksual di Rumah Sakit St. Bart di London.
Advertisement
Saat remaja Amara pernah menjadi korban pemerkosaan. Musibah itu berdampak dalam hidupnya dan ia tak bisa menemukan bantuan. "Saya tidak bisa pergi ke dokter lagi karena saya tidak ingin disentuh," katanya seperti dikutip Telegraph.
"Saya mencoba untuk smear serviks dan itu mengingatkan saya pada tes forensik yang pernah saya jalani."
Beberapa wanita juga menjadi begitu tegang saat berhubungan seks setelah mengalami kekerasan seksual, mereka ketakutan atau muntah-muntah.
"Beberapa wanita mengalami gangguan makan setelah mengalami kekerasan seksual karena mereka merasa seperti hanya ingin menghilang. Beberapa merugikan diri sendiri," ungkapnya.
Ia mencontohkan seorang wanita berusia 60-an mengaku pernikahannya terpengaruhi. Dia diperkosa 40 tahun yang lalu, sebelum dia bertemu suaminya, dan itu telah menghancurkan seluruh kehidupan seks mereka.
"Dia merasa sulit untuk disentuh. Ini mempengaruhi cara dia merasakan dirinya sendiri secara fisik," lanjutnya
Amara mengerti perasaan wanita. Apalagi ia pernah merasakan begitu putus asa ingin melarikan diri dari tubuhnya sendiri, dia bahkan tidak bisa melihat dirinya di cermin.
"Saya merasa mati rasa, tubuh saya seperti bukan milik saya lagi," cetus Amara.
Solusi Pertemuan di Toko Mainan Seks
Solusi Pertemuan di Toko Mainan Seks
Amara mempunyai solusi untuk korban perkosaan yakni Cafe V, sebuah pertemuan bulanan di sebuah toko mainan seks `Shoreditch`. Pertemuan tersebut menawarkan saran praktis tentang bagaimana menikmati seks lagi setelah pemerkosaan.
"Ini `v` untuk `Vagina`," katanya sambil tertawa. "Kami ingin menjadi menyenangkan."
Pertemuan diadakan di Sh!, toko seks di Inggris khusus untuk wanita. Sekitar tiga puluh wanita menghadiri setiap sesi. Beberapa dari mereka mengaku begitu tegang saat berhubungan seks, sedangkan yang lainnya merasa setiap keintiman fisik memicu kilas balik penyerangan tersebut.
"Orang-orang dengan riwayat trauma seksual sering memisahkan dari tubuh mereka sepenuhnya, jadi perlu mendorong mereka untuk fokus pada sensasi fisik lagi," kaya Amanda O'Donovan, yang merupakan psikolog. Dia membantu menjalankan Cafe V serta klinik My Body Back.
Di akhir pertemuan, para wanita itu dianjurkan beberapa saat berada di kamar mandi setiap harinya untuk merasakan air hangat pada kulit. Dia juga memberikan nasihat tentang kapan dan bagaimana memberitahu pasangan baru tentang serangan itu, dan bagaimana menjelaskan tentang apa yang mereka lakukan dan yang membuat merasa tidak nyaman.
Selain Café V dan klinik My Body Back, Amara menjalankan sejumlah lokakarya lainnya termasuk Catatan Cinta, yakni orang asing menulis pesan dukungan bagi korban kekerasan seksual. Pesan itu ia distribusikan ke pusat-pusat Rape Crisis. (Melly F)
Advertisement