Liputan6.com, Malang - Berstatus tuan rumah dan unggulan, Arema Cronus harus puas menjadi runner up Grup B. Bahkan, Singo Edan dipaksa bermain sulit melawan klub beda kasta, PSGC Ciamis.
"Faktor psikologis menyebabkan kami tak mampu menang di laga ini. Melawan tim yang tampil bertahan dan mengandalkan serangan balik, pemain seperti frustrasi," kata Pelatih Arema, Joko Susilo usai pertandingan di Malang, Jawa Timur, Rabu (9/9/2015).
Menurutnya, hasil akhir melawan PSGC menjadi modal penting bagi Arema untuk membenahi psikologis pemain. Terutama bagaimana agar pemain saat menyerang tak terburu - buru mengejar gol.
"Pemain sejak awal ingin menang, akhirnya sering lepas kontrol dan terburu - buru saat menyerang," ujar pelatih yang karib disapa Gethuk ini.
Kendati demikian, ia optimistis penampilan anak asuhnya akan terus membaik di setiap laga. Babak grup ini diibaratkannya sebagai pertandingan pemanasan menuju langkah berikutnya di Piala Presiden.
"Kami anggap penyisihan grup ini sebagai latihan, sehingga saat 8 besar nanti pemain bisa menuju peak performance sebenarnya," tutur Gethuk.
Striker Arema, Samsul Arif mengakui sangat frustrasi menghadapi lawan yang cenderung bertahan selama pertandingan tersebut. Dia mengakui, kesulitan dengan permainan yang diterapkan PSGC.
"Bisa kita lihat, tim yang bermain di Stadion Kanjuruhan selalu bermain bertahan dengan sesekali serangan balik. Ini sangat menyulitkan dan membuat frustrasi," kata Samsul.
Selain itu, sambung mantan pemain Persibo Bojonegoro ini, pemain yang baru masuk ke Arema juga belum bisa adaptasi penuh. Butuh waktu lebih agar seluruh pemain bisa menyatu.
"Pemain baru butuh adaptasi lagi, juga passion belum kita dapatkan. Ke depan harus lebih baik lagi," tegas Samsul. (Zai/Win)
Baca Juga:
11 Pemain Arsenal Era Wenger yang Paling Sering Cedera
Pemain Muda MU Nyaris Jadi Tumbal Kedatangan Martial
Parker Jadi Pemain Tersubur di Kejuaraan Eropa
Advertisement