Menko Puan: Pendidikan Harus Dinikmati Seluruh Anak Bangsa

Nawa Cita sebagai sendi kebijakan pemerintahan sekarang sangat menekankan pada perbaikan karakter bangsa, yang lebih dikenal dengan Revolusi

oleh Taufiqurrohman diperbarui 10 Sep 2015, 02:16 WIB
Menko Puan Maharani memimpin upacara Pencanangan Gerakan Nasional Revolusi Mental. (Liputan6.com/ Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu faktor keberhasilan pembangunan pendidikan adalah mengutamakan kualitas guru. Indonesia sudah seharusnya mempunyai lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK) yang hebat, yang mampu memproduksi tenaga pendidik/guru profesional dengan kualitas terbaik.

Demikianlah ditegaskan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani di Forum Ilmiah dan Seminar Internasional Fakultas Ilmu Pendidikan-Jurusan Ilmu Pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo.‎

Menurut Puan, posisi pendidik penting dalam pembangunan karakter bangsa. Pendidik berperan mulai dari bagaimana sang anak didik pada saat usia dini sudah bangga dengan Indonesia, agar para mahasiswa memiliki semangat cinta tanah air dan bertekat memajukan bangsanya.

“Banyak pengalaman di negara lain dengan memajukan pendidikan karakter bangsa, maka bangsa tersebut akan menjadi lebih maju dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Itulah sebabnya kita harus memperkuat pembangunan karakter bangsa," kata Puan, Rabu (9/9/2015)

Menurutnya, Nawa Cita sebagai sendi kebijakan pemerintahan sekarang sangat menekankan pada perbaikan karakter bangsa, yang lebih dikenal dengan Revolusi Mental.

"Revolusi Mental merupakan gerakan kolektif yang melibatkan seluruh bangsa dengan memperkuat peran semua institusi pemerintahan dan pranata sosial-budaya yang ada di masyarakat,” terang Puan.

Puan memandang, pendidikan menjadi kunci untuk mengantarkan bangsa Indonesia sukses memasuki dekade strategis. Dalam tempo 30 tahun kedepan Indonesia akan memasuki masa 100 tahun Indonesia merdeka yaitu pada tahun 2045.

Namun, saat ini ada tantangan berat karena dunia pendidikan Indonesia masih mengalami kekurangan dengan masih tingginya angka anak usia sekolah yang putus sekolah karena alasan ekonomi atau geografis atau budaya.

"Belum lagi status tingkat pendidikan tenaga kerja. Pada tahun 2013, sebanyak 50% tenaga kerja hanya berpendidikan SD ke bawah, atau 70% tenaga kerja berpendidikan setingkat SMP ke bawah, atau sekitar 90% tenaga kerja hanya berpendidikan setingkat SMA ke bawah," ungkap Puan.

Puan berharap para pendidik menjadi bagian utama mencapai pembangunan manusia seutuhnya. Bangsa Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Finlandia berhasil bangkit setelah Perang Dunia II karena sejak awal kemerdekaan memperkuat pembangunan pendidikan dan karakter anak bangsanya.

"Pendidikan harus dapat dinikmati merata seluruh anak bangsa dari Sabang sampai Marauke, dari Sangir hingga Pulau Rote. Inilah salah satu tekad kita agar tak satu pun anak Indonesia yang tidak sekolah," papar Puan

"Pendidikan bukanlah untuk pencitraan, tapi pendidikan adalah upaya untuk membangun kepribadian anak bangsa agar memiliki ketahanan budaya berlandaskan Pancasila,” pungkas Puan. (Ron/Mar)


Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya