Liputan6.com, New York - Harga minyak kembali melemah pada perdagangan Rabu (kamis pagi waktu Jakarta) karena pasokan yang berlebih di tengah permintaan yang belum tinggi.
Mengutip Reuters, Kamis (10/9/2015), harga minyak Brent turun 88 sen ke US$ 48,64 per barel setelah sebelumnya sempat menguat 4 persen.
Harga minyak mengalami penurunan di tengah kekhawatiran pelaku pasar akan persediaan yang terus membengkak karena produksi global yang sangat tinggi.
Pasokan minyak dunia juga diperkirakan akan bertambah besar karena embargi yang diberikan kepada Iran telah dibuka sehingga negara tersebut sudah memulai kembali produksi dan berencana untuk memasarkannya ke dunia.
Selain karena pasokan yang berlebih, penurunan harga minyak juga dipicu oleh kekhawatiran penurunan pertumbuhan ekonomi dunia terutama ekonomi China yang selama ini menjadi pendorong terbesar perekonomian dunia. Penurunan pertumbuhan China diperkirakan akan mengurangi permintaan.
"Kegagalan harga minyak untuk mencapai level yang lebih tinggi karena belum tingginya optimisme pelaku pasar akan keadaan ekonomi makro saat ini," jelas Analis Energi Citi Futures, Tim Evans.
Di Amerika, musim panas telah berakhir yang bisa diartikan musim mengemudi juga telah selesai. Biasanya, di saat musim panas warga Amerika melakukan perjalanan jauh.
Saat musim panas kemarin, permintaan akan bensin di negara tersebut cukup besar sehingga mendorong kenaikan harga minyak mentah. Dengan berakhirnya musim mengemudi dan pertumbuhan China belum tinggi kembali maka harga minyak diperkirakan sulit untuk beranjak naik.
Saat ini para pelaku pasar sedang menunggu data yang bakal dikeluarkan oleh Departemen Energi Amerika Serikat mengenai data cadangan.
Dalam laporan sebelumnya, Departemen Energi AS telah memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia untuk tahun 2015 dan juga 2016. (Gdn/Ahm)
Harga Minyak Kembali Terjatuh Karena Permintaan Melemah
Saat musim panas kemarin, permintaan akan bensin di Amerika Serikat cukup besar sehingga mendorong kenaikan harga minyak.
diperbarui 10 Sep 2015, 05:00 WIBPelabuhan minyak di Balhalf, Aden, Yaman. (BBC)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
RI Bakal Produksi Emas Sendiri, Kapasitas hingga 70 Ton
Robot Bertenaga AI Ini Culik 12 Robot Lain di Showroom Berbeda, Ada Interaksi Ngeri
Potret Cindy Fatikasari Nikmati Salju Pertama di Kanada, Suhu -15 Derajat Celcius
Hoaks BP2MI Salurkan Bantuan Rp 1,5 Miliar Bagi Pekerja Migran Indonesia
Saksikan Sinetron My Heart Episode Rabu 4 Desember 2024 Pukul 17.00 WIB di SCTV, Simak Sinopsisnya
Ciri-Ciri Sinopsis: Pengertian, Fungsi dan Cara Membuatnya
Kinerja Kabinet Merah Putih Bikin Bangga Prabowo, Apa Capaiannya?
Cara Membuat Dadar Jagung Renyah dan Lezat: Panduan Lengkap
Ciri-Ciri Wayang di Berbagai Daerah, Sejarah Perkembangan, dan Jenis-Jenisnya
Cara Membuat Mochi Strawberry: Resep Lengkap dan Tips Sukses
Prabowo Bilang Orang Kecil Main Saham Pasti Kalah dengan Bandar, Ini Kata Bursa
Hendra Setiawan Umumkan Pensiun, Begini Respons Tandemnya Mohammad Ahsan