Palangkaraya Berlakukan Tanggap Darurat Bencana Kabut Asap

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah meningkatkan status siaga darurat menjadi tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Sep 2015, 08:20 WIB
Kabut asap akibat kebakaran lahan gambut semakin menebal sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat di Kota Palangkaraya, Kalteng.(Antara)

Liputan6.com, Kalimantan Tengah - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah meningkatkan status siaga darurat menjadi tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan. Seiring dengan semakin pekatnya kabut asap, jadwal penerbangan terganggu hingga meliburkan para siswa selama 1 pekan.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (10/9/2015), data Satelit Terra Aqua mencatat sedikitnya 559 titik api tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Dengan sebaran terbanyak di Kabupaten Kotawaringin Barat yaitu 117 titik api.

Pemerintah daerah dan BNPB kini tengah mengupayakan segala cara untuk mengurangi kabut asap termasuk melakukan rekayasa cuaca.

"Karena keterbatasan alat pemadam kebakaran kita di Kota Palangkaraya. Dari 5 buah, yang baik hanya ada 2. Maka untuk saat ini pemadam kebakaran diprioritaskan khusus untuk kebakaran lahan hanya di dekat pemukiman," kata Kepala Sekolah SDN 6 Palangka Nurliana.

Sementara itu di Bandara Temindung, Samarinda, Kalimantan Timur sejumlah penumpang belum mendapat kepastian jadwal pemberangkatan menuju daerah tujuannya masing-masing. Baik itu di pedalaman maupun di berbagai daerah lainnya di Kalimantan Timurmeski telah menunggu berjam-jam.

Otoritas Bandara Temindung Samarinda beralasan penundaan ini terjadi akibat pesawat yang akan menuju Samarinda tertunda di beberapa daerah akibat kabut asap. Di antara bandara yang memiliki jarak pandang terbatas antara lain Bandara Melak, Bandara Long Apung, dan Bandara Kalimarau Berau.

Selain jadwal penerbangan, kabut asap yang menebal juga mulai menghambat arus transportasi Sungai Mahakam. Di Jambi, upaya mengurangi titik api dilakukan petugas gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, BNPB, Manggala Agni, dan instansi lainnya dalam sepekan terakhir mulai membuahkan hasil.

Ratusan personel tim gabungan yang diterjunkan melalui operasi darat dan udara mengerahkan 2 pesawat, yaitu Super Puma dan MI-17. Kedua unit tersebut membawa bom air dan telah mengurangi titik api di 3.000 hektare lahan, dari 4.000 hektare yang memiliki titik api.

Dari pantauan Satelit Aqua Terra, BMKG Jambi masih ada 69 titik api di wilayah tersebut. Terbanyak di Kabupaten Muaro Jambi dengan 43 titik api.

Pascaberkurangnya titik api, kabut asap masih belum hilang. Bahkan kategori Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada Rabu sore justru naik dari hari sebelumnya dan sudah dalam level berbahaya, yakni diangka 324. (Mar/Tnt)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya