Liputan6.com, La Paz - Presiden Bolivia Evo Morales baru saja kembali memenangi kursi orang nomor satu di negara tersebut. Namun, belum genap tahun kembali berkuasa, pendukung Morales sudah 'teriak-teriak' meminta Morales kembali bertarung di pilpres Bolivia 2020.
Keinginan pendukung Morales ini memang tidak bisa terwujud. Sebab, konstitusi Bolivia hanya mengizinkan seorang presiden menjabat dalam tiga kali masa jabatan dan Morales telah berada dalam ambang batas kekuasaannya.
Advertisement
Namun, pendukung Presiden Bolivia itu tidak patah arang. Mereka meminta agar konstitusi terkait masa jabatan itu diamandemen dan segera diferendumkan kepada masyarakat Bolivia.
"Permohonan ini akan kirim ke kongres pekan depan," ucap Ketua Pekerja Tani Bolivia yang juga pendukung Evo Morales, Gustavo Aliaga, seperti dikutip dari Fox News, Kamis (10/9/2015).
Permintaan dari pendukungnya segera direspons Morales. Dia menyatakan mendukung referendum perubahan konstitusi masa jabatan.
Langkah Morales dan pendukungnya ini ternyata tidak sepenuhnya didukung warga Bolivia. Mantan Presiden Jorge Quiroga mengatakan jika UU itu diamandemen maka ke depannya negara penghasil koka dan timah ini akan menjadi monarki.
Sampai saat ini popularitas Morales di negaranya masih lebih dari 50 persen. Hanya saja, di masa pemerintahannya yang ketiga, Bolivia mulai terjerembab dalam krisis ekonomi akibat ketergantungan kepada ekspor gas dan mineral yang harganya semakin merosot.
Pria 54 tahun tersebut pertama kali menjabat pada 2006. Salah satu kebijakannya yang dinilai kontroversial adalah memperluas kontrol terhadap perusahaan migas asing serta menaikkan pajak dan royalti yang harus mereka bayarkan.
Morales menggunakan pendapatan negaranya terbanyak untuk pembangunan infrastruktur, membangun jalan-jalan, dan sistem kereta gantung yang menghubungkan La Paz dengan El Alto. Ia juga mencanangkan program sosial berupa bantuan untuk para siswa dan pensiun yang lebih besar untuk para lanjut usia atau lansia.
Morales, dari suku Indian Aymara, lahir dari keluarga miskin. Ia menjalin aliansi dengan pemerintahan Venezuela yang sosialis. Seperti dimuat New York Times, ia beberapa kali ia terlibat perselisihan dengan Amerika Serikat, mengusir duta besar Amerika di tahun 2008, menyuruh Drug Enforcement Administration (DEA) hengkang dari negaranya pada 2009. (Ger)