Apple: 3D Touch, Si Pembaca Pikiran

Melalui kehadiran teknologi tersebut, layar iPhone dapat mengenali tingkat tekanan dan menghasilkan efek berbeda.

oleh Andina Librianty diperbarui 12 Sep 2015, 14:20 WIB
Melalui kehadiran teknologi tersebut, layar iPhone dapat mengenali tingkat tekanan dan menghasilkan efek berbeda.

Liputan6.com, Jakarta - Apple telah resmi memperkenalkan dua smartphone terbarunya, iPhone 6s dan 6s Plus. Salah satu pernyataan menarik dari Chief Executive Officer (CEO) Apple, Tim Cook, dalam acara perkenalan itu adalah kedua iPhone telah mengubah segalanya, yang merujuk pada sebuah teknologi baru di dalamnya bernama "3D Touch".

Melalui kehadiran teknologi tersebut, layar iPhone dapat mengenali tingkat tekanan. Artinya, pengguna bisa melakukan berbagai hal berbeda tergantung dari seberapa keras mereka menekan layar. Semakin keras dan lama layar ditekan, akan menghasilkan efek berbeda dibandingkan tekanan layar biasa.

Beragam tekanan yang dirasakan layar bisa dikatakan seperti shortcut atau jalan pintas yang bisa digunakan oleh pengguna. Jadi misalnya, jika pengguna ingin mendapatkan petunjuk arah ke rumah, cukup tekan selama beberapa waktu (long-pressing) aplikasi Maps di homescreen.

SVP Software Engineering di Apple, Craig Federighi, pun menggambarkan fitur 3D Touch itu seperti 'pembaca pikiran'.

"Hal ini dimulai dari ide bahwa Anda ingin bisa mendeteksi kekuatan di sebuah perangkat yang tipis. Maksudnya, Anda pikir Anda ingin mendeteksi kekuatan, tapi sesungguhnya apa yang Anda ingin lakukan adalah merasakan tujuan. Jadi Anda mencoba membaca pikiran," jelas Federighi.

Untuk bisa menghadirkan fitur 3D Touch, katanya, itu bukan perkara mudah. Ada banyak rintangan dari sisi teknis, mengingat apa yang dilihat oleh sensor di dalam ponsel dipengaruhi oleh apa yang dilakukan (tekanan) oleh jari-jari pengguna.

"Ada pengguna yang mungkin menggunakan jempolnya dan jarinya yang lain, dengan emosi berbeda. Hal-hal itu tidak mengubah tujuan, tapi apa yang mereka lakukan mempengaruhi apa yang dilihat oleh sensor yang ada di dalam ponsel. Jadi ada banyak kendala teknisnya," tutur Federighi, seperti dilansir Business Insider, Sabtu (12/9/2015).

(din/cor)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya