Liputan6.com, Jakarta "Film Demona berangkat dari kegelisahan anak muda sekarang. Kalau misalnya anak muda salah berteman, akibatnya fatal sama masa depan. Siapa yang kita pilih sebagai teman sangat mempengaruhi kita-kita."
Begitu pesan Rizal Mantovani, sang sutradara, usai press screening Demona di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (3/9) pekan lalu. Memang sedikit membingungkan dan bikin salah kaprah. Poster Demona menunjukkan ini film horor. Lalu, apa maksudnya dengan pesan, "jangan salah pilih teman"?
Advertisement
Jadi, begini. Demona menceritakan sekelompok sahabat berjumlah 8 orang, yang lebih banyak ditampilkan hura-hura bareng. Suatu hari, Ado (Ajun Perwira) tak kelihatan nongkrong di kafe, tempat mereka biasa kumpul yang juga tempat Risa (Alexa Key) bekerja jadi pelayan.
Teman-temannya yang peduli, minus Yodi (Thoriq Graduate) dan pacarnya Wenny (Angel Muligan), akhirnya menyambanginya ke apartemen. Ado memang tengah kacau. Ayahnya berselingkuh dengan sekretaris di kantor dan sang ibu memergokinya.
Rumah jadi berantakan karena keduanya bertengkar hebat. Ado butuh sendiri. Tapi sebagai sahabat yang baik, teman-temannya tentu tak mengijinkan. Lalu, Ado menunjukan sekantung plastik butiran Felicity, sebagai teman barunya. Omong-omong, Felicity itu sejenis narkoba.
Awalnya mereka tak setuju. Tapi tetap juga penasaran. Akhirnya mereka semua menelan 1 pil masing-masing. Risa jadi satu-satunya yang menolak. Tapi, Elang (Rifky Moors), pacar Risa memberikan botol minuman setelah sebelumnya memasukkan sebutir pil tersebut. Jadilah, Risa juga "nge-fly" seperti teman-temannya.
Efeknya masih terasa hingga keesokan hari saat mereka merencanakan perayaan ultah Demona (Regina Rengganis) ke villa Ado. Yodi yang melihat teman-temannya jadi tak karuan, mengultimatum tak boleh macam-macam di villa nanti.
Yang tak diharapkan benar kejadian. Ide gila Ado untuk party bareng membuat Yodi dan Wenny pulang meninggalkan enam sahabatnya.
"Kita harus ninggalin sahabat kita, kalau mereka udah mulai nggak bener," begitu petuah Yodi pada Wenny yang bimbang.
Keadaannya memang makin kacau. Demona overdosis dan lalu tewas. Kelima temannya yang panik akhirnya menguburkannya di belakang villa. Mereka lalu pulang dan sepakat merahasiakan kejadian tersebut dari siapapun.
Tapi sejak itu, teror Demona dimulai.
Saya selalu berpikir, hantu atau setan dan sejenisnya tak mungkin bisa membunuh manusia seperti kata guru Agama saya di sekolah atau guru ngaji di rumah. Bukankah logikanya, kalau seseorang dibunuh oleh hantu bakal jadi hantu juga? Dan dengan begitu para hantu ini saling bertengkar. Ya sudahlah, logika memang sering tak jalan di film. Mungkin juga agar terasa tegang.
Tanpa bermaksud spoiler, Demona juga seperti itu. Bedanya, ada dua orang yang tak diganggu. Nah, dua orang ini memang tak bersalah sejak awal. Di film horor lain, mungkin mereka juga bakal dihabisi. Tapi Rizal sang sutradara rasanya masih berpikiran lain.
Dan benar juga kata Rizal di awal, film Demona memang bukan sekedar film horor. Film ini mengandung pesan moral untuk remaja agar tak salah gaul. Tak mau kan, mati konyol diteror setan karena pakai drugs? **
NB:
Ada satu adegan yang menurut saya paling kocak di film Damona. Ado yang menyesal pakai drugs, berkeluh kesah pada temannya yang juga bandar narkoba. Bandar lain biasanya mengkompori untuk terus, tapi si bandar ini malah menjelaskan panjang lebar soal bahaya drugs. Menggelikan mendengarnya bilang, 'obat ini racun'. Dan di lain sisi, Ado (juga penonton dan saya) hanya bisa mengeryitkan dahi. (Puj/Ade)