Liputan6.com, Jakarta - Penasehat hukum keluarga mantan Asisten Presiden Direktur PT XL Axiata Hayriantira Dwiyanto Prihartono tidak yakin motif pembunuhan Andi Wahyudi terhadap perempuan yang akrab disapa Rian, sebatas rasa sakit hati.
Menurut Dwi, saat ini motif sakit hati kerap dijadikan alibi pembunuh untuk membuat seolah-olah tindakannya spontan, tak berencana.
"Alibi pria membunuh wanita karena sakit hati itu sekarang menjadi model dan pembelaan para pembunuh. Saya amati fenomena alibi sakit hati ini. Contohnya kasus pembunuhan yang terakhir, wanita di Kota Wisata itu alibi pelakunya karena sakit hati dikatakan sudah tua dan penghasilannya lebih rendah dari istrinya," tutur Dwi di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Kamis 10 September 2015.
Dwi yakin, ada motif selain sakit hati dibalik pembunuhan Rian. Ada tanda tanya besar dibalik benak Dwi, mengapa tersangka Andi bersikukuh membunuh Rian secara spontan. Padahal bukti-bukti yang mengarahkan pembunuhan ini berencana sudah jelas. Pertama, Andi memasang pelat nomor kendaraan palsu pada mobil Honda Mobilio milik Rian. Anehnya lagi alasan Andi memasang pelat nomor palsu adalah untuk membuat Rian senang.
"Pelat nomor palsu sudah dipasang dari Jakarta. Kami menduga Rian sudah dibunuh sebelum tiba di hotel. Pelat nomor tersebut dipasang saat Rian sudah tewas di mobil," ujar Dwi.
Dwi pun menjelaskan, berdasarkan kejanggalan pada saat prarekonstruksi. Saat melakukan rekan adegan, Andi memeragakan dirinya membunuh Rian di atas ranjang. Namun saat polisi memberikan foto hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), kamar tempat Rian dibunuh terlihat masih tertata rapi. Kondisi ranjang pun tak terlihat seperti habis ditiduri.
"Kami dikasih lihat hasil olah TKP saat Rian ditemukan tewas di kamar hotel. Kamar masih tertata rapi. Ranjangnya pun masih rapi, mulus, tidak ada bekas ditiduri. Atau kalau memang benar dibunuh di atas ranjang, logikanya ada perlawanan dari Rian saat dicekik, sprei atau bantalnya pasti berantakan," terang Dwi.
Hal janggal selanjutnya, lanjut Dwi, polisi menemukan sepotong blus perempuan bercorak batik yang diyakini keluarga milik Rian. Namun CCTV hotel menunjukkan ada wanita berbaju oranye keluar dari mobil Rian sesampainya di hotel. Dwi mengatakan kliennya yakin bahwa wanita itu bukanlah Rian.
"Keluarga yakin itu bukan Rian. Karena cara berpakaiannya berbeda. Rian tidak pernah memakai baju dengan warna mencolok dan bergaya tomboi. Ibu Rukmila (Ibunda Rian) juga melihat bahu wanita itu tidak seperti bahu Rian," jelas Dwi.
Advertisement
Diduga Ada Pelaku Lain
Dwi menilai, ada seseorang yang membantu Andi untuk menurunkan tubuh Rian yang sudah tak bernyawa. Memang, CCTV hotel memiliki cakupan terbatas untuk menyorot ke arah garasi tempat mobil Rian terparkir. Di Hotel Cipaganti tempat Rian ditemukan tewas, tiap kamar difasilitasi garasi pribadi.
"Posisi mobil yang terparkir, kepala mobil di luar garasi, dan bagian belakang mobil di dalam garasi sehingga bisa saja jasad Rian dikeluarkan dari dalam bagasi atau bagian tengah mobil. Dugaan kami, Andi dibantu wanita berbaju oranye," imbuh Dwi.
Rasa sangsi Dwi dan keluarga Rian bahwa pembunuhan janda Dian Wijayana ini pun diperkuat dengan ditemukannya puntung rokok berbekas lipstik dan kesengajaan Andi mengisi buku tamu hotel dengan nama palsu.
"Kalau memang tidak berniat membunuh, kenapa harus isi guest book dengan nama palsu dan siapa pemilik puntung rokok berlipstik? Karena menurut keluarga Rian tidak merokok," tandas Dwi menutup analisa kecurigaannya.
Andy pertama kali mengaku membunuh Rian lantaran kesal diejek memiliki alat vital berukuran kecil. Ketika ditanyai kembali oleh polisi, keterangan Andy berubah. Pria ini mengaku sakit hati disebut sebagai homoseksual, karena menolak ajakan Rian bersetubuh.
Alibi terakhir, Andy mengatakan Rian mengancam akan menggagalkan tender suplai alat pemadam kebakaran jika Andy menolak menyetubuhinya. Inkonsistensi keterangan Andy tersebut sampai membuat polisi berencana memeriksa dengan lie detector atau alat deteksi kebohongan.
Polisi mengungkap misteri hilangnya Rian pada Rabu 5 Agustus 2015. 8 Setelah 4 bulan melakukan penyelidikan intensif, bukti-bukti yang dikumpulkan polisi mengarah kepada teman pria korban, Andy.
Kepada polisi, Andy akhirnya mengaku membunuh wanita asal Brebes, Jawa Tengah, itu dengan cara membekap wajah Rian dengan bantal. Setelah memastikan Rian meninggal, Andy menenggelamkan dalam bak berisi air panas di Hotel Cipaganti, Garut, Jawa Barat, pada 30 Oktober 2014.
Pengakuan Andy sesuai keterangan Polres Garut yang menyatakan pada 31 Oktober 2014 telah ditemukan sesosok jasad wanita tanpa busana di kamar nomor 5, Hotel Cipaganti, Garut.
Namun karena saat olah TKP polisi tidak menemukan identitas jenazah dan kondisi wajah hancur, sehingga Polres Garut tidak dapat mengidentifikasi mayat yang belakangan diketahui bernama Rian.
Jasad Rian pun sempat bersemayam di RSUD dr Slamet Garut sebelum dikubur sebagai jasad tanpa identitas di TPU Cibunar, Garut, Jawa Barat. (Ron/Mar)