Mental Masyarakat RI Tahan Dolar AS demi Untung Besar

Alasan eksportir mau pun pengusaha lokal menahan dolar AS karena melihat peluang nilai tukar dolar AS merangkak naik terhadap rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Sep 2015, 14:34 WIB
Suasana pengunjung di tempat penukaran uang di Jakarta, Senin (24/8/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Posisi dolar terus beranjak hingga di kisaran Rp 14.150. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berpotensi terkoreksi akibat tekanan global maupun ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan dolar Amerika Serikat (AS) di dalam negeri. Ironisnya, eksportir maupun konglomerat di Indonesia menahan dolar AS karena spekulasi kursnya akan semakin menguat.

Direktur Finance and Strategy PT Bank Mandiri Tbk, Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, banyak orang Indonesia yang menggenggam dolar AS dalam bentuk tunai hingga miliaran dolar AS. Sebut saja para eksportir minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan lainnya.

"Sayangnya mentalitas orang Indonesia tidak mau jualan dolar AS, padahal eksportir CPO punya dolar AS dalam bentuk kas sampai miliaran dolar, cuma tidak ada yang mau mengkonversi ke rupiah," kata dia saat Diskusi Media Training : Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Tengah Gejolak Ekonomi Global, Malang, Jumat (11/9/2015).

Menurut Kartika, ada semangat kebinatangan (spririt animal) yang mencakup keserakahan dan ketakutan dari pelaku pasar sehingga sanggup memicu gejolak luar biasa di pasar uang.

"Ada sikap rakus ketika untung besar dan ketakutan ketika market bergejolak sehingga lari membawa dananya ke luar," ujar dia.

Kartika mengakui alasan eksportir maupun pengusaha lokal menahan dolar AS karena melihat peluang nilai tukar dolar AS merangkak naik terhadap rupiah. Inilah yang dikatakannya sebagai ajang spekulasi.

"Tapi sudah ada imbauan dari Presiden supaya dolar jangan ditahan. Masa yang jualan dolar cuma Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo. Kasihan BI harus intervensi berapa dolar buat stabilisasi rupiah," terang Mantan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini.

Data Bloomberg Dollar Index menunjukkan, kurs rupiah menguat 35 poin atau 0,24 persen ke 14.298 per dolar AS saat pembukaan hari ini. Sementara kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dari BI, rupiah terapresiasi 16 poin atau 0,11 persen ke level 14.306 per dolar AS. (Fik/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya