Sisi Tradisional Desa Sade yang Masih Bertahan

Saat semua berubah ke arah moderen, Desa Sade memilih untuk tetap mempertahankan pola hidup tradisional yang diturunkan leluhur mereka.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 14 Sep 2015, 12:35 WIB
Desa Sade salah satu objek wisata yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Liputan6.com, Jakarta Di Lombok Tengah tepatnya di Pujut, terdapat suatu desa yang masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat Suku Sasak bernama Desa Sade. Jika berbagai daerah berkembang mengikuti perubahan zaman, Desa Sade memilih untuk tetap mempertahankan pola kehidupan yang diturunkan dari leluhur mereka.

Saat tim Liputan6.com berkunjung, yang ditulis Jumat (11/9/2015), pola hidup masyarakat Desa Sade cenderung homogen. Para lelaki bekerja sebagai petani, sedangkan perempuan bekerja membuat kain sasak.

Kain sasak diproduksi oleh para perempuan dengan menggunakan alat yang masih sederhana. Dalam satu hari mereka bisa membuat sehelai kain sasak. Kain yang diproduksi kemudian dijual di depan rumah-rumah mereka. Harga yang ditawarkan sangat bervariatif, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, sesuai dengan kerumitan pola dan benang yang digunakan.

Rumah tradisional Desa Sade beratapkan alang-alang dan rumput gajah.

Selain sistem mata pencaharian, sisi tradisional desa ini juga tercermin dari tata letak perumahan yang berjejer dengan bentuk rumah yang semuanya sama.

Rumah tradisional masyarakat Desa Sade terbuat dari kayu, atapnya ditutupi rumput gajah, jika tidak ada rumput gajah bisa diganti dengan alang-alang. Di setiap rumah terdapat bangunan khusus yang difungsikan untuk menyimpan hasil panen.

Yon, seorang pemuda asli Sasak mengungkapkan, “Ini lantai tanah liat tanpa diberi alas lagi, cara bersihkannya pakai kotoran kerbau. Masyarakat sini terbiasa menggunakan kotoran kerbau, karena mereka tahu itu bisa mengusir nyamuk dan membuat hangat isi ruangan di malam hari, karena malam dingin di sini.” (Ibo)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya