RI Tak Perlu Risau Mobil Listrik Direbut Malaysia

Dalam urusan pengembangan industri mobil nasional, Malaysia memang lebih unggul dibanding negara ASEAN lainnya.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Sep 2015, 10:30 WIB
(foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ketertarikan Malaysia untuk mengembangkan mobil listrik buatan Indonesia, Selo, yang diciptakan oleh Ricky Elson dinilai sebagai suatu hal yang biasa dan tidak perlu dikhawatirkan.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, dalam urusan pengembangan industri mobil nasional, Malaysia memang lebih unggul dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, termasuk Indonesia dan Singapura.

Namun bukan berarti Indonesia dan Singapura tidak memiliki sektor industri lain yang menjadi unggulan. Seperti Indonesia unggul dalam industri pesawat terbang, sedangkan Singapura unggul di industri galangan kapal.

"Industri mobil nasional, harus diakui Malaysia paling maju diantara negara ASEAN lain. Kalau industri pesawat terbang, Indonesia paling maju di ASEAN. Kalau perkapalan di Singapura," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (14/9/2015).

Menurut Suryo, jika Malaysia ingin mengembangkan mobil listrik buatan Ricky Elson ini, masyarakat dinilai tak perlu khawatir karena hingga saat ini Indonesia pun belum mampu mengembangkan industri mobil berbahan bakar minyak.

"Kalau Malaysia mau ambil industri mobil listrik ya biarkan saja, kita belum punya kemampuan itu. Industri mobil di Indonesia kan punya Jepang semua, yang milik nasional belum ada," kata dia.

Suryo menjelaskan, teknologi mobil listrik sebenarnya sudah lebih dahulu dikembangkan di negara lain, bahkan lebih maju dibandingkan Indonesia. Sehingga jika Indonesia menolak pinangan Malaysia pun, negeri jiran bisa membeli teknologi ini dari negara lain.

"Teknologi itu ada di mana-mana, bisa dibeli dari siapa saja. Kalau tidak bisa ambil dari Indonesia, Malaysia bisa ambil dari Jepang, Amerika," jelasnya.

Saat yang terpenting, lanjut Suryo, pemerintah dan para ahli di bidang teknologi industri memfokuskan diri pada industri yang telah ada agar bisa lebih berkembang

"Kita perkuat yang merupakan keahlian kita. Kita tidak perlu risau soal itu, kita fokus saja pada industri yang ada agar pasarnya tidak ambil industri dari negara lain, seperti di sektor pertanian, pangan, ini harus kita yang kuasai. Ini kita perkuat, kita bangkitkan," tandasnya. (Dny/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya