Liputan6.com, Jakarta Selain risiko penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan juga dapat menjadi ancaman saat melaksanakan ibadah haji.
Data dari Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, pada tahun 2014 lalu lima penyakit yang menjadi penyebab kematian dari jemaah haji antara lain, penyakit kardiovaskular (50 %), penyakit saluran pernapasan (16,67%), defisiensi nutrisi (11,11%), gejala klinik dan laboratorium abnormal (11,11%), serta penyakit infeksi (5,56%).
Advertisement
Dokter Spesialis THT Rumah Sakit Siloam MRCCC Jakarta, dr. H. Sjahruddin mengatakan, ada hubungan antara penyakit saluran pernafasan atas dengan kambuhnya penyakit kardiovaskular.
"Dengan tingginya suhu udara di Mekah dan juga polusi seperti debu dan bulu unta, membuat kerja hidung menjadi berat dan tidak optimal jika tidak dijaga kebersihannya. Jika kerja hidung tidak optimal maka secara langsung kerja paru paru menjadi berat dan akhirnya menyebabkan kerja jantung pun menjadi terganggu," katanya melalui keterangan pers, Senin (14/9/2015).
Sjahruddin menerangkan, salah satu ciri yang perlu diwaspadai terkait terjadinya penyakit saluran pernafasan adalah epitaksis (mimisan).
"Epitaksis terjadi karena adanya perbedaan suhu udara di Mekah dibandingkan dengan di Indonesia. Rata-rata suhu udara di tanah air berkisar antara 37 - 38 derajat celsius, sedangkan di Mekah suhu udara dapat mencapai kisaran 43 - 44 derajat celsius. Hal inilah yang membuat kerja mukosa hidung menjadi berat dan membengkak, jika tersentuh dapat mengakibatkan terjadinya inflamasi sehingga terjadi mimisan," ujarnya.