Liputan6.com, Shenyang - Bayangkan, di dunia yang serba modern seperti sekarang ini, masih ada manusia yang diharuskan sembah pimpinan mereka. Gambaran itu mungkin sesuatu yang terlihat dalam film firaun, bukan?
Namun, siapa sangka aksi ini masih ditemukan di Negeri Tirai Bambu. Saat uang atau harta menjadi 'raja', siapa yang memiliki banyak uang, dialah yang menjadi penguasa.
Advertisement
Dilansir dari Shanghaiist, Senin (14/9/2015), dalam sebuah foto, para karyawan sebuah restoran di kota Shenyang, China, terlihat sedang diperintahkan untuk menyembah pimpinan mereka.
Tampak sejumlah karyawan dibariskan dengan membawa bendera serta panji-panji perusahaan. Serupa zaman kerajaan, sebagian diantara mereka lantas berbaris, lalu meyembah atasan mereka, yang berdiri di panggung.
Ketika melakukan praktik menyembah sang pimpinan perusahaan, para karyawan ini juga diwajibkan untuk berteriak seraya berkata ” Terima kasih bos sudah memberi kami pekerjaan!”
Tak mengherankan jika aksi ini dipandang sebagai ide yang buruk dan egomaniak. Sementara psikolog mengungkapkan kepada wartawan bahwa kegiatan semacam ini bisa berujung pada perasaan malu, takut dan gelisah bagi para pekerja. Seorang pengacara bahkan menduga aksi ini sebagai pelanggaran hak asasi pekerja di Tiongkok.
Sejumlah netizen pun geram dengan foto yang diperlihatkan para pekerja restoran.
"Siapa yang rela bekerja di restoran jika harus begini?" ungkap seorang pengguna media sosial.
Sementara yang lainnya membuat pemberitaan ini sebagai bahan candaan.
"Mereka seharusnya menyerukan: 'Bos adalah juruselamat kami'" ungkap netizen lainnya.
Di Tiongkok, tindakan-tindakan 'haus' kekuasaan seperti ini, tidak terjadi kali ini saja. Seseorang bos di Xiamen juga pernah diberitakan menghukum karyawannya untuk berlutut selama 60 menit -- lantaran pekerjaannya tidak selesai tepat waktu. (Dsu/Rcy)