Rumah dari Air, Terobosan Arsitektur Terbaru

Bangunan ini bisa menciptakan energi sendiri.

oleh Indy Keningar diperbarui 14 Sep 2015, 18:16 WIB
Membangun rumah dengan air sebagai bahannya

Liputan6.com, Budapest - Selama ini, rumah dan gedung dibangun dengan material keras. Dindingnya disusun dari batu bata, dan dilekatkan dengan semen atau beton. 

Namun, arsitek Hungaria Matyas Gutai memilih air sebagai salah satu bahan dasar pembangunan rumah. Salah satu alasannya adalah  air bisa menjaga rumah dalam suhu yang nyaman.

Walau masih menggunakan bahan pembangunan tradisional lainnya seperti batu bata, semen, dan plester, sistem ciptaannya ini memperkenalkan ide terbaru dalam teknik pembangunan. 

Gutai mendapat ide rumah air ciptaannya saat ia mengunjungi pemandian air panas terbuka di Tokyo tahun 2003 pada musim dingin. Saat itu ia masih menjadi mahasiswa di Universitas Tokyo. Meski salju menumpuk di tanah dan bangunan. Namun, di dalam air pemandian, ia tetap merasa hangat dan nyaman. Gutai pun menyadari pentingnya suhu permukaan air dan potensinya dalam arsitektur.

"Sebagai seorang arsitek, menurut saya penting bagi bangunan ini meredefinisikan kembali kata 'permanen', yang sudah menjadi konsep kunci dalam arsitektur selama ribuan tahun. Pendekatan kami tidak berubah banyak, namun, ketimbang membangun sesuatu yang sangat kuat dan tahan segalanya, kami menciptakan sesuatu yang bsia beradaptasi dengan lingkungan. Arsitektur telah berubah banyak. Material padat sudah mencapat batas, ini saatnya mencari sistem baru."

Gutai membangun prototype rumah di kampung halamannya, Kecskemer, bagian Selatan Budapest. Setelah bertahun-tahun melakukan riset dan pengembangan, bersama teman sekolahnya Milan Berenyi, berhasi membangun rumah berbahan dasar air.

Rumah prototype Gutai berukuran kecil, namun menjadi contoh yang rinci menunjukkan sistem rumah. (foto: CNN)

Rumah contoh ini dibangun atas tunjangan dari negara, dan menjadi bukti konkret dari konsep 'cairan pembangunan' yang telah ditulis oleh Gutai dalam bentuk buku.

Dalam pembangunan, struktur rumah dibangun dengan lempeng besi, panel, dan kaca. Pada lapisan dalam, satu lembar air digunakan sebagai perekat. Ini membuat temperatur dalam semua ruangan di satu bangunan merata.

Suhu udara dalam ruang juga bisa diubah-ubah menggunakan sistem monitor yang mirip dengan sistem pemanas sentral. Sistem ini sesunggugnya efisien dalam jangka waktu panjang. Bangunan rumah bisa memproduksi energi sendiri dan menjadi suplai energi independen. Dalam jangka waktu panjang, emisi karbon bisa berkurang.

Air diperangkapkan dalam tangkupan material kaca. (foto: CNN)

"Panel ciptaan kami bisa menyejukkan dan menghangatkan ruangan secara otomatis. Air dalam panel melakukan teknik yang sama dengan pemanasan ruang," ungkap Gutai dikutip CNN.

"Teknik ini hemat energi. Jika dibandingkan dengan bangunan serupa dengan permukaan kaca yang luas, ini solusi yang jauh lebih bersih dan mudah perawatannya."

Gutai melakukan riset sejak sekitar 7-8 tahun lalu. Butuh enam tahun agar sebuah bangunan rampung. Hingga kini pun, masih banyak masalah dalam struktur. Berbagai pertanyaan pun diajukan. Seperti: Apa yang terjadi saat cuaca di luar sangat dingin sampai air membeku? Pertanyaan lainnya: Bagaimana jika salah satu panel rusak? 

Gutai menjelaskan: "Kami mencampur air dengan bahan pelarut alami, yang tidak mengakibatkan polusi, namun merendahkan titik beku suhu dalam tingkat yang bisa diterima. Sehingga, walaupun teknik pemanasan kembali gagal, air tidak akan membeku. Dalam kasus iklim dingin seperti di Hungaria, kami menambahkan sekat di bagian luar, untuk mencegah beku."

Bagaimana jika panel patah? "Kami mendesain unit persendian khusus. Elemen ini membuat aliran yang pelan, namun memblokir aliran yang deras. Sehingga, jika satu panel patah, kebocorannya tidak akan menyebar. Efek ini berbasis pada dinamika benda cair."

Rencana ke Depan

"Dalam jangka panjang, teknik ini diharapkan akan menggunakan energi dan material lebih sedikit, dan bekerja secara off-grid (menggunakan sistem bangunan seperti air dan listrik secara independen)," ungkap Gutai yang saat ini bekerja sebagai ilmuwan di Universitas Feng Chia, Taiwan.

Dalam pembangunannya, 'rumah air' lebih membutuhkan biaya dibanding desain rumah tradisional. Namun, dalam jangka panjang, energi yang dibutuhkan lebih hemat. Gutai terus bekerjasama dengan pabrik dan perusahaan di seluruh Eropa dalam berbagai proyek menggunakan teknologi ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya