Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menguat tajam di awal pekan perdagangan saham Senin (14/9/2015). Penguatan saham PT Garuda Indonesia Tbk ini didorong dari sentimen pemerintah meminta Pertamina untuk menurunkan harga avtur.
Berdasarkan data RTI, harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) naik 11,25 persen ke level Rp 346 per saham. Saham PT Garuda Indonesia Tbk bergerak di kisaran Rp 308-Rp 357 per saham. Volume perdagangan saham sekitar 50,34 juta saham.
Advertisement
Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk sempat berada di level tertinggi Rp 357 per saham dan terendah Rp 308 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 3.929 kali dengan nilai transaksi harian saham Rp 17,1 miliar.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada menuturkan secara teknikal, harga saham PT Garuda Indonesia Tbk mengalami penguatan pada hari ini. Saham PT Garuda Indonesia Tbk juga menguat ditopang dari sentimen pemerintah mendorong Pertamina untuk menurunkan harga avtur.
Sentimen itu membuat persepsi pelaku pasar kalau penurunan harga avtur berdampak positif untuk kinerja keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)."Harga minyak dunia turun diharapkan juga diikuti harga avtur. Persepsi berkembang di pelaku pasar kalau itu akan membuat biaya operasional PT Garuda Indonesia Tbk jadi turun," ujar Reza saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, momen kenaikan saham PT Garuda Indonesia Tbk juga dimanfaatkan oleh pelaku pasar. Reza mengatakan, kemungkinan penguatan saham PT Garuda Indonesia ini hanya jangka pendek karena tergantung sentimen beredar di pelaku pasar.
"Kalau jangka panjang juga mempertimbangkan fundamental dan kinerja keuangan PT Garuda Indonesia Tbk," ujar Reza.
Dalam riset PT Sucorinvest Gani pada Jumat 11 September 2015 juga menyebutkan kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga avtur dapat meningkatkan daya saing Indonesia. Kebijakan ini akan membawa angin segar di industri penerbangan termasuk PT Garuda Indonesia Tbk. Penurunan harga avtur akan mampu meningkatkan marjin operasional Perseroan.
Kalau melihat kinerja keuangan PT Garuda Indonesia Tbk, pendapatan usaha perseroan naik tipis sekitar 4,7 persen menjadi US$ 1,84 miliar hingga semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 1,75 miliar.
Perseroan mencatatkan beban operasional penerbangan turun menjadi US$ 1,05 miliar pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 1,19 miliar. Perseroan pun mampu pencatatkan laba periode berjalan menjadi US$ 29,29 juta pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya rugi US$ 201,31 juta.
Kementerian Perhubungan Minta Pertamina Turunkan Harga Avtur
Sebelumnya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bakal mendorong PT Pertamina (Persero) untuk menurunkan harga jual avturnya ke maskapai-maskapai yang beroperasi di dalam negeri.
Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan mengatakan penurunan harga tersebut akan mengikuti harga jual internasional yang saat ini dinilai lebih murah dibanding yang dijual oleh Pertamina.
"Pertamina sebagai pemasok avtur di bandara-bandara di Indonesia. (Sejauh ini) cuma satu ya, Pertamina saja, itu diminta untuk menurunkan atau membuat harga Avtur yang dijual kepada maskapai itu sesuai dengan harga internasional," ujar Jonan.
Dia menjelaskan, berdasarkan data dari PT Angkasa Pura II, harga bahan bakar pesawat yang dipasok oleh Pertamina lebih mahal 20 persen dibandingkan harga jual di pasar internasional.
"Sekarang itu menurut laporan Angkasa Pura II, kira-kira harganya lebih mahal sekitar 20 persen. Memang mungkin ada PPN. Ya kalau ada PPN tidak ada masalah, tapi kalau di luar PPN itu harganya harus sama," kata dia.
Menurut Jonan, dengan menekan harga avtur, maskapai-maskapai yang beroperasi di Indonesia bisa bersaing dengan maskapai asing yang mendapat pasokan avtur dari negara lain dengan menggunakan harga internasional.
Hal ini dinilai tidak hanya berdampak bagi industri penerbangan nasional, tetapi juga berdampak pada industri lain seperti pariwisata. Sekadar informasi, harga avtur yang dijual Pertamina untuk penerbangan internasional sebesar US$ 46,60 sen per liter, sementara untuk penerbangan domestik sekitar Rp 7.114,35 per liter atau setara US$ 51,4 sen per liter. (Ahm/)