Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2015 mengalami surplus sebesar US$ 433,8 juta. Secara total surplus neraca perdagangan sepanjang Januari-Agustus 2015 mencapai US$ 6,22 miliar.
"Neraca perdagangan Agustus ini US$ 433,8 juta dan surplus sepanjang periode delapan bulan 2015 US$ 6,22 miliar," ucap Kepala BPS, Suryamin saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Selasa (15/9/2015).
Advertisement
Kata dia, ekspor dan impor minyak dan gas (migas) mengalami defisit US$ 577,2 juta karena minyak mentah masih defisit US$ 15,9 juta dan hasil minyak defisit US$ 1,15 miliar. Sementara ekspor impor gas surplus US$ 585 juta dan non migas surplus US$ 1,01 miliar.
"Neraca perdagangan Januari-Agustus ini mengalami surplus cukup bagus, karena sejak Agustus 2012, 2013 dan 2014 defisit. Untuk surplus US$ 6,22 miliar ini yang tertinggi," terang Suryamin.
Jika dilihat lebih rinci, nilai ekspor pada bulan kedelapan ini sebesar US$ 12,70 miliar atau naik 10,79 persen dibanding Juli 2015. Bila dibandingkan Agustus 2014 yang sebesar US$ 14,48 miliar, realisasi kinerja ekspor di periode yang sama 2015 melorot 12,28 persen karena adanya perlambatan ekonomi.
Total ekspor Januari-Agustus ini turun 12,70 persen menjadi US$ 102,52 miliar. Sementara ekspor non migas periode yang sama turun 7,30 persen secara tahunan menjadi US$ 89,60 miliar. Sedangkan kinerja impor pada bulan kedelapan 2015 mencapai US$ 12,27 miliar atau naik cukup signifikan 21,69 persen dibanding Juli 2015.
Namun dibanding Agustus 2014 yang sebesar US$ 14,79 miliar, pencapaian impor Agustus merosot 17,06 persen. Secara akumulasi, impor Januari-Agustus sebesar US$ 96,30 miliar atau turun 18,96 persen dan impor non migas melorot 11,92 persen menjadi US$ 78,80 miliar.
Indonesia diproyeksi masih akan mendulang surplus neraca perdagangan pada periode Agustus 2015. Namun, surplus ini diramalkan bakal lebih rendah dibanding realisasi bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1,33 miliar karena peningkatan kinerja impor.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David E. Sumual memperkirakan total ekspor secara tahunan (year on year/YoY) merosot 17,5 persen dan penurunan kinerja impor 22,4 persen.
"Jadi total surplus neraca perdagangan Agustus ini diperkirakan US$ 471 juta. Surplusnya mengecil dibanding sebelumnya," ujar dia dalam keterangan proyeksinya.Lebih jauh kata David, surplus lebih rendah ini disebabkan karena kinerja impor mulai meningkat seiring terpacunya aktivitas ekonomi di bulan kedelapan lalu. Impor naik dari bahan baku dan bahan penolong.
"Impor konsumsi juga sedikit naik. Tapi ini menunjukkan perbaikan ekonomi. Penjualan produk semen pun meningkat," tambah dia.Sementara ekspor, sambungnya, cenderung flat alias stagnan karena harga minyak dan komoditas belum merangkak naik. "Jadi tidak membantu ekspor meskipun ada beberapa sektor yang menunjukkan peningkatan ekspor seperti garmen, tapi tidak terlalu banyak," ucap David. (Fik/Ahm)