Liputan6.com, Jambi - Pemandangan di sekitar Sungai Batanghari yang membelah Kota Jambi disesaki oleh kabut asap pekat. Pemandangan serupa juga tampak di dalam kota Jambi.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Selasa (15/9/2015), kondisi sesak kabut asap ini sudah cukup lama mengganggu aktivitas keseharian warga. 2 pesawat yang akan menjatuhkan bom air atau water bombing terpaksa tidak terbang karena Bandara Sultan Thaha ditutup menyusul minimnya jarak pandang.
Bagi warga, bencana kabut asap rutin datang setiap tahun. Namun setiap tahun pula pemerintah provinsi dinilai lamban dalam bertindak. Padahal jauh-jauh hari, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengingatkan dampak di puncak musim kemarau ini.
Advertisement
Tim gabungan TNI-Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jambi, dan Manggala Agni diterjunkan ke Desa Arang-arang, Kecamatan Kumpeh Ulu, Muaro Jambi. Tim berusaha memadamkan api yang membakar lahan kebun sawit milik warga.
Jauhnya sumber air menyulitkan upaya tim untuk memadamkan api. Hingga siang ini, sudah sekitar 80 hektar lahan yang hangus terbakar dan sebagian milik perusahaan perkebunan peran serta masyarakat sangat diharapkan untuk turut menjaga agar kebakaran tidak meluas.
"Kami terus mengusahakan maksimal untuk melakukan antisipasi ini. Diharapkan juga masyarakat bisa membantu mengenai apa yang telah diusahakan oleh Pemerintah Provinsi Jambi ini," ucap Kapolda Jambi, Brigjen Pol Lutfi Lubihanto.
Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu wilayah yang cukup luas dilanda kebakaran hutan dan lahan. Bahkan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) menegaskan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) mencapai angka 626.
Itu artinya kualitas udara di Jambi sudah masuk ke dalam kategori sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan. (Vra/Yus)