Liputan6.com, Washington DC - Hari ini 2 tahun lalu, seorang pria berusia 34 tahun mengamuk di Navy Yard Washington, DC. Ia melakukan serangan membabi buta, melepaskan tembakan selama 1 jam sebelum 'dilumpuhkan' polisi.
"13 Orang tewas, 8 lainnya terluka dalam penembakan Senin pagi di Washington Navy Yard," kata Walikota Washington, Vincent Gray malam harinya seperti dikutip dari CNN.
Advertisement
Washington Navy Yard adalah bekas galangan kapal dan pabrik artileri milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang terletak di bagian tenggara Washington, D.C. Tempat ini menjadi cikal bakal pembentukan Angkatan Laut AS.
Penyidik kemudian menetapkan bahwa pria bersenjata itu adalah Aaron Alexis. Seorang kontraktor komputer untuk sebuah perusahaan teknologi informasi swasta.
Dilansir dari History Channel, drama penembakan pada 16 September 2013 itu bermula tak lama setelah pukul 08.00, Alexis menggunakan security pass miliknya dan memasuki Building 197 di Navy Yard. Sebuah bangunan yang dijadikan markas angkatan laut.
Sekitar pukul 08.16 waktu setempat, Alexis yang mengenakan kemeja polo lengan pendek dan celana, sudah mempersenjatai diri dengan senapan Remington 870 dan menembak korban pertamanya.
Selama 1 jam berikutnya, ia berpindah-pindah di area seluas 630.000 kaki persegi di bangunan Building 197 yang terdiri dari beberapa lantai. Ia menembak mati banyak orang.
Baku tembak dengan aparat penegak hukum pun pecah. Alexis berhasil dilumpuhkan dengan ditembak oleh polisi pukul 09.25.
Insiden penembakan itu menyebabkan para pejabat AS meminta Washington disterilisasi, khawatir ada penembak lain yang mungkin terlibat dalam drama penyerangan markas AL di Negeri Paman Sam. Namun akhirnya, pihak berwenang menyatakan bahwa Alexis bertindak sendirian.
Alexis, sipil yang bergabung dengan Angkatan Laut dari 2007 sampai 2011, mulai bekerja sebagai teknisi komputer di Navy Yard pada 9 September 2013. 5 Hari kemudian, di sebuah toko senjata di Virginia, ia membeli Remington 870 beserta amunisi yang digunakan dalam serangan membabi buta di markas AL itu.
Penyidik tak menemukan bukti bahwa setiap peristiwa tertentu memicu pembantaian mematikan, dan mereka percaya Alexis menembak korbannya secara acak.
Penyidik menyebutkan senapan yang digunakan Alexis telah terukir beberapa tulisan, termasuk "Better off this way" dan "My ELF weapon". FBI kemudian mengumumkan berbagai bukti yang menunjukkan Alexis berada di bawah pengaruh delusi yang mengendalikannya.
Sebelumnya, pada Agustus tahun 2013 Alexis pernah mengaku kepada polisi di Rhode Island bahwa ia mendengar suara-suara di tempatnya bekerja. Perusahaan kontraktor IT swasta yang mempekerjakan Alexis kemudian membebastugaskannya selama beberapa hari. Kemudian ia kembali bekerja beberapa pekan setelahnya di Navy Yard.
Ke-12 korban baik pria dan wanita yang terbunuh dalam drama penembakan Alexis pada 16 September berusia antara 46 hingga 73 tahun. Mereka kemudian diberikan penghormatan oleh Presiden Barack Obama pada 22 September 2013, dalam sebuah upacara peringatan. Sekaligus publikasi seruan untuk memperketat undang-undang senjata Amerika.
Pada tanggal yang sama tahun 1978, tragedi juga terjadi di Iran. Kala itu, bumi berguncang keras di wilayah tenggara Iran.
Gempa Bumi Iran yang mengguncang selama 3 menit berakibat fatal. Guncangan dahsyat membuat dinding-dinding rumah yang terbuat dari lumpur ambruk. Sekitar 85 persen dari penduduk Tabas--atau 11.000 dari 13.000 orang -- tewas.
Sementara pada 16 September 1947, Topan Kathleen menghantam Saitama, Tokyo dan Tone River. Terjangan angin super kencang itu menelan korban jiwa sekitar 1.930 orang. (Tnt)