Liputan6.com, Jakarta Jangan mengaku penikmat kuliner khas Tionghoa jika belum menyantap century egg (telur abadi). Sejumlah kalangan menyebut telur ini dengan one thousand year egg karena proses pembuatan yang cukup memakan waktu. Disimpan dalam waktu yang cukup lama hingga berabad-abad. Karena itu disebut century egg.
Menurut legenda, century egg sudah ada sejak zaman Dinasti Ming di Cina. Penemu sajian berbahan telur bebek, puyuh, dan ayam adalah seorang warga dari Hunan yang menemukan sebutir telur bebek tersisa di kolam renang atau kapur mati lalu membuka cangkang dan menyantap telur itu.
Advertisement
Karena cukup banyak masyarakat yang percaya akan legenda itu, mereka pun melakukan uji coba sendiri. Direndamlah telur ayam, bebek, atau puyuh yang baru menetas ke dalam rendaman air garam yang dicampur abu, kapur, dan sekam padi.
Setelah melewati waktu perendaman selama tiga hingga lima minggu, tekstur dari century egg itu akan berubah tidak seperti telur kebanyakan. Kuning telur terasa lebih creamy, tekstur yang mirip keju, dan daging telur berwarna putih berubah jadi gelap sedikit kenyal mirip agar-agar.
Dikutip dari situs Huffington Post, Kamis (17/9/2015), century egg ini memiliki banyak nama. Termasuk di kawasan Cina sendiri. Sebagian masyarakat ada yang menyebut century egg ini dengan pine patterned egg karena pola di permukaan telur yang rumit dan sekilas mirip dengan hutan pinus.
Bahkan, ada juga yang menamai egg century ini dengan Thai khai Yiao Ma yang jika diterjemahkan menjadi telur urin kuda. Sebab, telah terjadi kesalahpahaman di antara masyarakat Cina yang menganggap century egg ini direndam ke dalam air seni kuda. Kesalahpahaman muncul akibat bau century egg yang terlalu menyengat.