Awetkan Otak, Gadis Ini Berharap Bisa Dihidupkan Lagi

mengawetkan otak ketika mati dengan harapan bisa dibangkitkan kembali dengan teknologi modern suatu saat nanti.

oleh Dinda Sulistyowati Pranoto diperbarui 17 Sep 2015, 17:00 WIB
mengawetkan otak ketika mati dengan harapan bisa dibangkitkan kembali dengan teknologi modern suatu saat nanti.

Liputan6.com, Jakarta Kim Souzzi, seorang gadis yang telah meninggal dunia di usia yang cukup muda yakni 23 tahun sebenarnya masih memiliki hasrat hidup yang begitu kuat. Di tengah keadaannya yang sedang sekarat, perempuan ini memutuskan untuk membekukan otaknya. Dia berharap dapat hidup kembali setelah obat kanker otak ditemukan.

Dilansir dari Huffington Post, Souzzi telah meninggal pada 2013 lalu karena penyakit Glioblastoma atau tumor otak. Namun ia percaya jika teknologi di masa depan bisa membangkitkan orang yang telah meninggal.

Keyakinan Souzzi itu berimbas pada upaya untuk mengawetkan pusat sistem sarafnya itu. Otaknya akan dibekuk dengan harapan suatu saat nanti ia bisa bangkit dari kubur dan berubah menjadi kode digital pada sebuah komputer.

Harapan Suozzi ini menjadi perhatian bagi para peneliti otak di dunia. Winfried Denk, dari Max Planck Institute of Neurobiology di Jerman mengatakan jika teknologi untuk membuat replikasi dari otak manusia bisa saja menjadi kenyataan.

"Mungkin saja, dalam waktu 40 tahun ke depan, kita telah mempunyai metode untuk mengumpulkan replikasi digital dari otak seseorang," ujar Denk.

Namun demikian tidak semua ilmuwan yakin jika teknologi untuk menghidupkan manusia adalah hal yang bisa dilakukan. Cori Bargmann dari Rockefeller University New York mengatakan jika ilmuwan seharusnya bisa membedakan antara sains dan fiksi.

"Kami memang telah dekat dengan teknologi emulasi otak. Namun, apakah itu mungkin? Saya sendiri tidak tahu, tapi tidak mungkin juga dalam waktu 50 tahun ke depan," ujar Cori.

Teknologi pemetaan otak yang disebut dengan connectome ini memang bisa menstimulasikan suatu hal yang membuat manusia unik. Akan tetapi kode digital dari pemetaan otak membutuhkan ruang yang sangat besar. Jika kapasitas hard drive di dunia pada 2014 dibutuhkan sekitar 2,6 miliar terabytes. Maka untuk membuat pemetaan connectome manusia bisa membutuhkan sekitar 1,3 miliar terabytes, demikian ungkap divisi global hard drive, IDC.

Memanfaatkan banyak keyakinan orang tentang teknologi yang bisa menghidupkan manusia, tercipta beberapa perusahaan yang menawarkan jasa pengawetan otak manusia agar bisa dihidupkan kembali atau cryonic suspension. Salah satu perusahaan tersebut adalah Cryonics UK yang menawarkan layanan pengawetan otak manusia dengan biaya US$240.000 atau sekitar Rp 3,4 miliar. Jika hanya mengawetkan bagian kepala maka biayanya menjadi US$160.000 atau Rp 2,2 miliar. (Dsu/Rcy)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya