Pemerintah Beri Hadiah Perusahaan yang Tak PHK Karyawan

Sasaran utamanya, tambah Bambang, sektor-sektor padat karya yang rawan melakukan PHK

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Sep 2015, 21:20 WIB
Ratusan buruh mulai terlihat berkumpul di sekitar kawasan Patung Kuda, Jakarta, Selasa (1/8/2015). Mereka menuntut pemerintah menghentikan gelombang PHK yang mengancam akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta -
Gejolak perekonomian dunia dan nasional saat ini memicu gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di beberapa sektor industri. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan memberikan insentif berupa bantuan modal kerja dan subsidi bunga bagi perusahaan yang berjanji tidak akan memecat karyawannya.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengatakan, Kemenkeu menugaskan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk mendukung pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), khususnya para pelaku industri yang berorientasi ekspor.

"LPEI akan membantu agar industri tetap beroperasi dan tidak melakukan PHK. Itu syarat utamanya," ujar dia saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Kamis (17/9/2015).

Sasaran utamanya, tambah Bambang, sektor-sektor padat karya yang rawan melakukan PHK. Menurutnya, LPEI akan memberikan bantuan modal kerja dengan suku bunga murah yakni sebesar BI Rate 7,5 persen.

"Komitmen ini berlaku sementara. LPEI kan mendapat Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 1 triliun di tahun ini," tegas dia.

Sementara itu, Ketua Dewan Direksi LPEI Ngalim Sawega menjelaskan  kinerja ekspor Indonesia ke beberapa negara tujuan utama saat ini, seperti ASEAN, Tiongkok, Jepang, Eropa, Amerika Serikat (AS), India, Timur Tengah, Korea, Afrika, Amerika Latin tengah sulit.

Dari negara-negara tersebut, sambungnya, ada tiga negara di mana ekspor Indonesia mengalami kenaikan dari sisi volume. Namun banyak pula produk-produk andalan ekspor Negara ini merosot tajam.

"Dengan ASEAN, pangsa pasar ekspor kita 20,3 persen. Nilainya US$ 11,4 miliar atau turun 12,4 persen sampai April 2015. Tercatat penurunan terjadi di produk bahan bakar mineral, produk elektronik, kendaraan. Sementara kenaikan ekspor terjadi di mesin dan reaktor nuklir," terang dia.

Dengan Eropa, tambah dia, pangsa pasar ekspor Indonesia 14 persen dengan nilai US$ 6 miliar atau mengalami kenaikan volume 0,3 persen. Ada penurunan ekspor di produk minyak hewan nabati, produk elektronik, karet dan produk karet, rajutan. Sedangkan produk alas kaki naik.

Ekspor Indonesia ke AS mengalami kenaikan volume 2, persen atau dengan pangsa pasar 11,5 persen. Ekspor beberapa produk merosot, seperti pakaian rajutan, karet dan produk karet, ikan dan hasil laut, peralatan elektronik.

"Ekspor kita ke Tiongkok menurun 19,3 persen, seperti bahan bakar mineral, minyak hewan nabati, produk olahan, kayu dan produk kayu. Ke Jepang juga turun 21,1 persen, diantaranya bahan bakar mineral, elektronik, nikel kayu dan produk kayu serta produk karet," papar Ngalim.

Dari hasil pemetaan LPEI, dia menuturkan, pemerintah perlu fokus pada sektor yang memproduksi atau mengolah CPO, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, produk kertas, karet, batubara dan kakao.

"Inilah sektor yang terdampak gejolak perekonomian sekarang ini. Dengan begitu, kita akan memberikan modal kerja dengan tenor yang akan dilihat secara case by case. Kita akan proaktif mencari dan mengidentifikasi perusahaan yang kita dorong tidak ada PHK," pungkas Ngalim. (Fik/Zul)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya