Komisi I DPR Tak Bulat Setujui 33 Calon Dubes RI

Mahfudz mengungkapkan, alasan 10 fraksi tidak menyetujui 33 calon dubes karena latar belakang masing-masing calon.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 18 Sep 2015, 06:31 WIB
Wakil Ketua DPR Fadli Zon (kanan) mengucapkan selamat kepada Ketua Komisi I terpilih Mahfudz Siddiq, Jakarta, Rabu (29/10/2014) (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi I DPR selesai melakukan fit and proper test atau uji kepatutan dan kelayakan 33 calon duta besar (Dubes) RI untuk negara-negara sahabat. Namun, 10 fraksi di Komisi I DPR tidak bulat menyetujui para calon dubes yang nantinya akan diangkat Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"10 Fraksi sudah sampaikan pandangan, pandangannya tidak bulat. Saya tidak bisa sampaikan satu per satu. Dalam tata tertib (tatib) disampaikan secara rahasia kepada Presiden," kata Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis 17 September 2015 malam.

Secara umum, Mahfudz mengungkapkan, alasan 10 fraksi tidak menyetujui 33 calon dubes karena latar belakang masing-masing calon sangat beragam. "Maka ini memengaruhi penilaian kepatutan dan kelayakan mereka sebagai calon dubes. Umumnya seperti itu."

Selain itu, kata Mahfudz, Komisi I DPR sangat memperhatikan visi misi diplomasi ekonomi calon dubes. Karena saat ini Indonesia butuh peningkatan ekonomi untuk neraca perdagangan.

"Sebagian dubes bisa jelaskan itu, sebagian tidak. Ini jadi PR Kementerian Luar Negeri untuk diperlukan peningkatan. Ini agar betul-betul perform capai target yang pemerintah inginkan selama 3 tahun masa jabatan dubes," imbau dia.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menegaskan, pada prinsipnya 33 calon dubes ini akan disampaikan kepada Jokowi secara tertutup, yang kemudian akan dikomunikasikan ke Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk didiskusikan.

"Ini jadi bahan penting bagi Kemlu dalam proses selanjutnya," tegas Mahfudz.

Wakil Ketua Komisi I DPR, Tantowi Yahya mengatakan, pihaknya sudah selesai melaksanakan tugasnya dalam memberikan pertimbangkan kepada presiden, untuk melantik 33 calon dubes RI tersebut.

"Presiden bisa saja tetap mengirim dubes yang tidak layak. Karena, perintah UU, presiden perlu mempertimbangkan catatan DPR," kata Tantowi.

Politisi Partai Golkar ini mengungkapkan, pihaknya akan menyerahkan hasil fit and proper test 33 calon dubes tersebut, disertai catatan-catatan dari 10 fraksi pada Senin pekan depan ke pimpinan DPR.

Sebab, lanjut Tantowi, mekanisme yang diatur dalam undang-undang adalah Komisi I DPR hanya melakukan fit and proper test. Sementara yang menyerahkan ke presiden adalah pimpinan DPR.

"Dari sini diserahkan ke pimpinan DPR dan diserahkan ke presiden beserta catatan-catatan dari fraksi-fraksi. Tetapi kita tidak bisa sampaikan catatan-catatan fraksi seperti apa, karena itu rahasia seperti yang diatur dalam undang-undang," jelas Tantowi.

Sementara, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Gerindra Rachel Maryam mengatakan, catatan dari fraksinya adalah terdapat calon dubes yang tidak tepat penempatannya. Kemudian, calon dubes kurang wawasan soal negara tujuan.

"Ini tugas Kemlu untuk memperdalamnya," kata Rachel.

Dari 33 calon dubes RI tersebut, Rachel mengatakan, fraksinya tidak menyetujui 1 nama calon dubes RI. Sedangkan yang diberi catatan terdapat 5 calon dubes. "Calon dubes yang lainnya tanpa catatan dari Fraksi Gerindra," pungkas Rachel.

Baru 25 Persen Menonjol

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Nasdem Bachtiar Aly menyampaikan catatannya, sampai hari terakhir tahapan fit and proper test yang sudah diinisiasi sejak Senin 13 September 2015, 25 persennya memiliki kompetensi yang menonjol.

"Yang berkompeten dan menonjol sampai saat ini baru 25 persen lah," kata Bachtiar.

Bagi calon dubes yang dinilai kurang menonjol, Bachtiar tidak dengan gampang menjustifikasinya, karena banyak faktor yang memengaruhi.

Faktor pertama yang bisa membuat rendahnya performance calon dubes dalam fit and proper test, kata Bachtiar, adalah demam panggung yang sering terjadi. Sehingga presentasi yang dilakukan di hadapan anggota dewan menjadi tidak maksimal.

"Kita jangan apriori dulu dalam menilai karena ada juga yang nervous, jadi performanya kurang padahal tidak bodoh," ujar dia.

Faktor lainnya, lanjut Bachtiar, adalah jam terbang yang kurang. Kebanyakan mereka adalah pendatang baru, sehingga terkesan tidak memahami permasalahan di negara yang akan menjadi area tugasnya.

Namun untuk alasan ketiga itu, Bachtiar lebih menekankan proses belajar, keuletan, dan integritas dari para calon dubes yang harus ditingkatkan. Hal ini merujuk dari target pemerintah yang menjadikan para dubes RI sebagai marketing "Indonesia Inc" nya negara.

"Juga jam terbangnya memengaruhi bagaimana mereka menyampaikan program-programnya. Kalau yang kurang jam terbang bisa kelihatan. Tapi yang menonjol itu sudah dipastikan jam terbangnya sudah baik," papar dia.

Terkait calon dubes yang kemungkinan besar gugur dalam fit and proper test, Bachtiar enggan membeberkan. Menurut dia, masih ada tahapan lanjutan, di mana rapat internal akan membahas bagaimana sikap Komisi I terhadap calon dubes yang dinilai kurang kompeten.

Bachtiar juga tak mau melangkahi proses yang masih berjalan di komisinya. Karena setiap anggota dewan mempunyai pandangan berbeda terhadap masing-masing calon dubes.

"Kita memberikan kesempatan dengan memberikan refleksi secara tertulis. Jadi yang kurang-kurang di situ bisa ditutup," tandas Bachtiar. (Rmn/Nda)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya