Pantang Menyerah: Nyoman Yasa, Pembuat Guwung dengan Keterbatasan

Nyoman Yasa yang nyaris tidak punya kaki, dengan tangan yang juga tidak sempurna, tetap bisa berkarya.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Sep 2015, 13:56 WIB
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Bali - Ada banyak yang bisa dilakukan untuk menyambung hidup dan membantu orang-orang yang ada di sekitar kita. Meski Nyoman Yasa yang nyaris tidak punya kaki, dengan tangan yang juga tidak sempurna, tetap bisa kuat menjalani hidupnya dengan berkarya.

Nyoman Yasa berangkat dari rumahnya di Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali. Nyoman akan menitipkan hasil karya kerajinannya yaitu sebuah guwung atau kurungan ayam ke pasar. Di warung yang ada di pasar, Nyoman bersyukur mendapat uang hasil penjualan guwung yang ia telah titipkan sebelumnya.

Sekarang, lelaki berusia 61 tahun ini telah dikenal sebagai perajin guwung. Tetapi tidak mudah bagi Nyoman untuk menerima keadaan. Dulu, pernah tercetus di benaknya niat untuk mengakhiri hidup.

"Dulu, saat ada keramaian di Pura, saya minder. Ingin bunuh diri karena cacat. Tapi ketahuan dan tidak jadi," ucap Nyoman.

Nyoman tinggal bersama adiknya Ni Ketut Tapa yang juga lahir dengan kondisi tubuh tidak sempurna. Ketika kecil, mereka pernah dijauhi para tetangga karena dianggap membawa sial. Nyoman pun membangun semangatnya sedikit demi sedikit.

"Tetap semangat, saya tetap semangat bekerja. Semua saya lakukan selagi saya sehat," sambung Nyoman.

Terlahir dan tumbuh dalam keluarga miskin, Nyoman mencoba berbagai cara untuk membantu orangtua. Akhirnya Nyoman terbiasa membuat kerajinan anyaman bambu terutama bakul dan guwung.

"Diajari oleh ayah saya karena saya cacat. Ketika belum bisa, lama membuatnya. Kalau sekarang, sudah bisa cepat," imbuh Nyoman.

Hampir setiap pagi Nyoman berburu bambu sendiri di hutan sekitar. Rata-rata Ia menjual 1 buah guwung seharga Rp 40.000 sehari. Kadang-kadang ada pembeli yang datang langsung ke rumah.

Walau penghasilan dari membuat guwung tidak banyak, tetap saja Nyoman rela berbagi keterampilan dengan para tetangga. Bagi Nyoman, rezeki tak akan salah sasaran. Ia percaya dengan berbagi justru rezeki akan datang semakin lancar.

"Tidak ada persaingan, sama-sama belajar. Saya tidak takut persaingan dalam berusaha," kata Nyoman.

Nyoman telah terbiasa menyerahkan hidup di hadapan Yang Maha Kuasa. Nyoman menjalani hari ke hari dengan harapan-harapan sederhana.

"Ya sehat, tidak sakit. Semoga selalu mendapat rezeki," tandas Nyoman.

Saksikan kisah inspirasi Nyoman Yasa yang mampu menjalani hidup dengan segala kesederhanaan dan keterbatasan yang dimilikinya dalam Pantang Menyerah yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Jumat (18/9/2015) di bawah ini. (Vra/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya