Cerita Warga Pemadam Kebakaran Hutan Tanpa Honor

Banyak suka dan duka yang telah dirasakan warga saat memadamkan api.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 20 Sep 2015, 15:15 WIB
Ilustrasi kabut asap

Liputan6.com, Kubu Raya - Leceng tampak bingung. Wanita berusia 65 tahun ini tak menyangka api begitu cepat menjalar membakar lahan gambut di Jalan Sekunder CR 5, Dusun Karya, Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

"Tiba-tiba langsung terbakar. Enggak tahu siapa yang bakar. Habis pokoknya. Pohon kopi, pohon rambutan, pohon tanaman lainya, habis terbakar," tutur Leceng yang ditemui di lokasi kejadian, Selasa 15 September 2015.

Tak hanya Leceng yang penasaran dengan sosok pembakar hutan yang misterius itu. Sri, warga setempat juga mengaku heran sumber api tersebut. Kebakaran hutan di tempat ia tinggal memang kerap terjadi saban tahun.

"Sudah sering kebakaran seperti ini setiap tahunnya. Ini lahan gambut yang terbakar. Enggak tahu api berasal dari mana. Tiba-tiba terbakar setelah ada warga yang memberitahu," tutur Sri.

Namun tanpa pikir panjang, Sri beserta warga lainnya langsung kompak menghadapi amukan sang jago merah. Aksi ini untuk mengantisipasi jilatan api menjalar ke lahan lainnya.

"Kita memang orang di sini saling kabari jika ada kebakaran lahan. Ini ada 5 hektare lahan terbakarnya. Dalam sebulan bisa 5 kali kebakaran. Karena lahan gambut, ini susah padam apinya. Apinya masuk ke dalam gambut. Kita selalu memberitahu pihak Manggala Agni (penakluk api dari Kementerian Kehutanan) kalau ada kebakaran. Mereka turun langsung memadamkan api," beber Sri.

Meski telah menghubungi Manggala Agni, warga tetap turut serta dalam memadamkan sang jago merah. Mereka siap kapan pun untuk turun ke lapangan saat kebakaran hutan dan lahan terjadi.

"Pokoknya kalau ada kebakaran, kapan pun kita turun. Subuh, sampai pagi turun. Kita tidur di lahan kebakaran," kata warga lainnya, Marwat.

Warga mengaku rela tak digaji dalam memadamkan api. Mereka pun hanya menggunakan peralatan seadanya tanpa menunggu bantuan dari pemerintah setempat.


Tanpa Honor

Tanpa Honor

Ketiadaan imbalan juga tak menyurutkan aksi pemadam swasta dalam menjinakkan api yang membakar hutan dan lahan. Dengan gigih, mereka berjibaku melawan sang jago merah.

Seperti Lim Bun Kwang. Pria 50 tahun ini merupakan anggota pemadam kebakaran swasta di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Saat ditemui Liputan6.com di Posko Yayasan Pemadam Kebakaran Khatulistiwa Pontianak (YPK), ia baru saja mengemas selang yang telah digunakan memadamkan api. Selama 9 tahun, ia menjadi anggota pemadam kebakaran swasta.

"Kita enggak digaji. Sukarela dan panggilan jiwa. Biasanya ada anggota yang nyumbang peralatan, mulai mobil, mesin. Kita alat lengkap. Baju anti-api, mobil tanki ada air 2 unit, mobil ada 2 tanki. Mobil kecil ada 4," kata Lim Bun Kwang pertengahan September lalu.

Dia menjelaskan, Yayasan Pemadam Kebakaran Khatulistiwa Pontianak (YPK) berdiri sejak 2001. YPK saat ini telah memiliki cabang pemadam di Jalan Purnama Agung VI, Pontianak.

Dia mengungkapkan, kebakaran lahan banyak terjadi di wilayah yang berlahan kosong. Lahan tersebut tidak ada pemiliknya. Namun begitu, pihaknya tetap akan memadamkan api tersebut.

"Yang jelas kita padamkan. Satu-dua hektare kita padamkan dalam satu hari. Itu lahan gambut yang banyak terbakar," jelas Lim Bun Kwang.

Dia belum dapat memastikan penyebab kebakaran hutan dan lahan ini. Bisa jadi, peristiwa ini disebabkan oleh ulah oknum yang sengaja membakar hutan dan lahan. Namun faktor alam juga tidak bisa dikesampingkan.

"Banyak faktor. Ya situasi panas juga ini akibat. Ada juga yang buka lahan secara besar untuk perkebunan. Karena dengan cara bakar lebih murah dan gampang. Ya kita kasihan juga masyarakat yang jadi korban. Izin perkebunan kelapa sawit harus dievaluasi. Jangan dibiarkan. Ada UU-nya kan. Ya terapkan," saran Lim Bun Kwang.

Dia menegaskan dalam kondisi apapun, pihaknya akan selalu siaga bertugas. Bahkan kesiapan itu tak kenal waktu hingga 24 jam.

"Kita tetap padamkan api di mana saja. Kita turunkan mobil pemadam. Kita yang paling utama padamkan api. Ujung tombak memadamkan api dari swasta, bukan pemadam pememerintah,” jelas Lim Bun Kwang.


Rintangan Padamkan Api

Rintangan Padamkan Api

Dia mengungkapkan rintangan saat memadamkan api. Medannya yang terbatas serta jalannya yang rusak membuat pihaknya kesulitan saat melakukan tugas.

"Jalan jelek. Karena lahan gambut yanbg terbakar. Malah tenggelam mobil kita. Jarak pandang di lokasi kebakaran 10 meter. Yang ada kejebak kita. Itu bahaya sekali kalau kena asap itu. Kalau gak mampu, nyawa melayang," imbuh dia.

"Ini yang terparah sepanjang tahun ini. Ini tahun terparah kabut asap. Ini kiriman kabut asap pekatnya."

Lebih jauh Lim Bun Kwang menjelaskan ada 50 orang yang tergabung dalam YPK. Mereka berasal dari beragam latar belakang.

"Mulai tukang becak hingga pengusaha, ada di sini semua. Mereka ikut padamkan api. Kita berada di mana pun, kita langsung ke TKP. Pakai SMS massal," ujar Lim Bun Kwang.

Lim Bun Kwang menuturkan jumlah pemadam kebakaran swasta di Kota Pontianak terbanyak di Indonesia. Ada sekitar puluhan. Namun mereka tak memiliki asuransi untuk menjamin saat mereka mengalami kecelakaan kerja.

"Kita enggak ada asuransi. Jika terjadi kecelakaan, kita sendiri yang tanggung, hari ini anggota pemadam kebakaran Budi Pekerti Pontianak tabrakan. Itu pasti yang tanggung kita sendiri," ujar dia.

"Bahkan air untuk memadamkan api, kita beli sendiri dan dimasukkan ke dalam tanki berukuran 5.000 liter atau 5 kubik," imbuh dia.

Banyak suka dan duka yang telah dialami para anggota saat menjalani tugas memadamkan kebakaran. Salah satunya mendapat bogem mentah dari warga lantaran telat datang ke tempat kejadian perkara (TKP).

"Pernah anggota pemadam dipukul warga gara-gara telat ke lokasi. Uang kami hilang. HP, dan HT hilang dicuri. Kalau selang enggak hitung lagi," tandas Lim Bun Kwang. (Ali/Mut)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya