Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) betah di level 14.400. Hal itu terjadi di tengah ketidakpastian atas rencana kenaikan suku bunga AS yang terus berlanjut.
Mengutip Bloomberg, Senin (21/9/2015), nilai tukar rupiah terlihat tertekan 0,49 persen ke kisaran level 14.445 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 10.02 WIB. Rupiah dibuka ke level 14.410 dari penutupan perdagangan Jumat 18 September 2015, rupiah ditutup di level 14.374. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.435 per dolar AS hingga 14.462 per dolar AS.
Advertisement
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah menguat tipis 0,08 persen menjadi 14.451 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.463 per dolar AS.
Analis PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menuturkan belum ada kepastian soal suku bunga AS melanjutkatkan ketidakpastian di pasar. Hal ini menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Memperpanjang ketidakpastian, lebih baik dinaikKan, sehingga ada peluang menguat(Rupiah) karena fokus pada sentimen positif dalam negeri," kata Rully saat dihubungi Liputan6.com, pada Senin pekan ini
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan bila bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve menaikkan suku bunga maka dapat memberikan kepastian di pasar keuangan dan modal.
"Nilai tukar rupiah sudah terlalu tinggi dari fundamentalnya karena spekulasi menunggu ini (suku bunga AS). Buat Indonesia sebenarnya lebih baik lakukan, supaya selesai spekulasinya," kata Darmin.
Pada Jumat 18 September 2015 waktu setempat, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) kembali mempertahankan suku bunga AS mendekati nol persen. Keputusan ini diambil karena The Fed mempertimbangkan dampak kondisi keuangan yang ketat dan perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian Negeri Paman Sam tersebut.
Sepanjang tahun ini rupiah telah melemah sekitar 16 persen dikarenakan ekpektasi kenaikan suku bunga AS dan melambatnya perekonomian global. (Ilh/Ahm)