Liputan6.com, Jakarta - DPR kecewa dengan realisasi angka kemiskinan di Indonesia yang bertambah 860 ribu penduduk pada periode September 2014-Maret 2015. Anggota parlemen meminta pemerintah segera menindaklanjuti perkembangan ekonomi Indonesia saat ini sehingga target pembangunan 2015 dan 2016 tercapai.
Ketua Komisi XI DPR, Fadel Muhammad mengungkapkan, pemerintah harus lebih realistis dalam menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi, kurs rupiah, dan lainnya. Sebab, fakta angka kemiskinan yang dirilis Badan Pusat Statistik begitu mengecewakan.
"Faktanya mengecewakan kami, karena angka-angka tersebut tidak sama dengan target yang dipersiapkan pada tahun anggaran 2015. Penyerapan pun belum mencapai apa yang dikehendaki. Jadi pemerintah perlu mengatur agar angka target pembangunan 2015 tidak meleset jauh dari fakta yang ada," ujar dia saat Raker APBN-P 2015 di Gedung DPR, Jakarta, Senin (21/9/2015).
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester I 2015 hanya tercapai 4,7 persen. Sementara penyerapan belanja pemerintah sudah di atas 60 persen hingga saat ini. Sedangkan secara nominal sejak Juli, realisasinya sudah di atas tahun lalu.
"Bulan-bulan terakhir terjadi percepatan belanja modal pemerintah, sehingga peluang ekonomi Indonesia bertumbuh 4,9 persen-5 persen masih ada pada tahun ini," ujar dia.
Dijelaskannya, The Fed mengumumkan tetap mempertahankan tingkat suku bunga. Pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tersebut, kata Bambang semakin menciptakan ketidakpastian global cukup panjang yang berimbas kepada seluruh mata uang terhadap dolar AS.
"Tapi tahun depan, IMF masih mengasumsikan pertumbuhan ekonomi dunia 3,8 persen. Tahun ini diperkirakan 3,2 persen, maka kita bisa putuskan bersama apakah asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,5 persen bisa mewakili optimisme itu," jelasnya.
Lebih jauh kata dia, pemerintah masih mematok inflasi di level 4,7 persen tahun depan meski ada pelemahan nilai tukar rupiah dan El Nino atau kekeringan berkepanjangan.
Sementara kurs rupiah, pemerintah siap mengasumsikan angka paling realistis, termasuk harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang sudah diketok di Komisi VII oleh Menteri ESDM US$ 50 per barel atau turun dari asumsi awal di nota keuangan US$ 60 per barel.
"Pasti suku bunga The Fed naik di tahun depan, China pun sudah tidak terlalu mendorong pelemahan kursnya. Jadi 2016, meski tidak bisa dikatakan prospektif, tapi ketidakpastian lebih kecil. Kami sangat terbuka mendiskusikan asumsi makro yang disesuaikan dengan kondisi global," pungkas Bambang. (Fik/Gdn)
Menteri Keuangan Siap Rombak Asumsi Makro dalam RAPBN 2016
Pertumbuhan ekonomi di semester I 2015 hanya tercapai 4,7 persen.
diperbarui 21 Sep 2015, 19:43 WIBIlustrasi pertumbuhan Ekonomi
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Sudah Saatnya Melangkah Maju, Ini Manfaat bagi Timnas Indonesia Bersama dengan Pelatih Patrick Kluivert
Perbedaan Rapat Paripurna dan Sidang Paripurna, Begini Mekanisme Legislatif
Contoh Caption Text Singkat yang Menarik untuk Media Sosial
350 Caption TikTok Aesthetic Singkat yang Keren dan Memikat
Memahami Perbedaan Rasio Pajak dan Pendapatan Pajak, Kenapa Ini Penting?
Fermin Aldeguer Kenang Persahabatannya dengan Pedro Acosta: Meski Sulit Dilanjutkan, Saya Tetap Bangga Padanya
Hasil BRI Liga 1: Persija Jakarta Hajar Barito Putera, Madura United Ungguli Malut United
5 Pemain yang Diinginkan Cristiano Ronaldo untuk Bergabung dengan Real Madrid pada 2018, Ke Mana Perginya Sekarang?
Perbedaan Report Text dan Descriptive Text, Perhatikan Contoh dan Tips Menulisnya
Meneropong Prospek Saham Bank pada 2025
5 Potret Alyssa Daguisse dan Al Ghazali Berbalut Busana Adat Jawa di MV Terbaru Dewa 19
Ini Perbedaan Resistor Kapasitor dan Induktor, Komponen dalam Elektronika