Cadangan Devisa RI Tergerus Jadi US$ 103 Miliar

Permintaan dolar Amerika Serikat (AS) dari pihak swasta masih cukup tinggi untuk membayar utang di periode semester II 2015.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 21 Sep 2015, 21:37 WIB
Menkeu Bambang Brodjonegoro (kiri) dan Gubernur BI Agus Martowardojo saat menghadiri rapat dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (21/9/2015). Komisi XI DPR sangat kecewa dengan pencapaian yang diraih oleh PPN/Bappenas. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia terus merosot. Hingga hari ini, cadev tergerus lagi sekira US$ 2 miliar menjadi US$ 103 miliar. Sementara posisi pada akhir Agustus lalu, cadev Indonesia sebesar US$ 105,3 miliar.

Demikian disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo saat Rapat Kerja Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 di Gedung DPR, Jakarta, Senin (21/9/2015).

"Posisi cadev US$ 103 miliar per hari ini. Tapi masih bergerak dinamis, belum fixed. Masih ada penerimaan ekspor, masih akan ada pembayaran utang dan lainnya," ujar Agus.

Menurut Mantan Menteri Keuangan itu, permintaan dolar Amerika Serikat (AS) dari pihak swasta masih cukup tinggi untuk membayar utang di periode semester II 2015 mengingat pinjaman luar negeri terus meningkat sejak 2011.

"Memang utang luar negeri jatuh tempo di kuartal III ini cukup banyak. Itu swasta ya, bukan pemerintah," kata Agus tanpa menjelaskan lebih detail apakah cadev digunakan untuk intervensi kurs rupiah.

Sebelumnya, BI mencatat cadangan devisa Indonesia susut US$ 2,3 miliar menjadi US$ 105,3 miliar pada akhir Agustus 2015 dari posisi akhir Juli 2015 sebesar US$ 107,6 miliar.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menuturkan perkembangan cadangan devisa itu disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

Hal itu sejalan dengan komitmen Bank Indonesia yang telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah guna mendukung terjaganya stabilitas ekonomi dan sistem keuangan.

Di sisi lain, kenaikan penerimaan devisa yang terutama bersumber dari penerbitan samurai bonds pemerintah mampu menahan penurunan lebih lanjut.

"Dengan perkembangan itu, posisi cadangan devisa per akhir Agustus 2015 masih cukup membiayai 7,1 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Tirta. (Fik/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya