Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pergerakan rata-rata nilai tukar rupiah masih akan tertekan Rp 14.000 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal IV/2015 sampai kuartal I/2016. Kurs ini lebih baik dibandingkan realisasi nilai tukar rupiah saat ini Rp 14.498 per dolar AS.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, rata-rata nilai tukar rupiah dari Januari-22 September 2015 mencapai Rp 13.797 per dolar AS, sementara realisasi kurs saat ini Rp 14.498 per dolar AS per pada 22 September 2015.
"Kami memperkirakan rata-rata kurs rupiah Rp 13.800 per dolar AS pada kuartal III/2015. Tekanan masih akan berlanjut pada kuartal IV ini, lebih rendah dengan rata-rata Rp 14.000 per dolar AS," ujar dia saat Raker RAPBN 2016 Lanjutan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (22/9/2015) malam.
Lebih jauh Agus menuturkan, asumsi rata-rata kurs tersebut didukung oleh pertumbuhan ekonomi positif yang akan diraih Indonesia pada kuartal III dan IV tahun 2015. "Tapi pada kuartal I/2016, rata-rata kurs Rp 14.000 atau sama dengan kuartal IV/2015," tuturnya.
Alasan BI meramalkan rata-rata kurs tersebut, kata dia, karena persepsi Produk Domestik Bruto (PDB) positif di kuartal IV mengingat ada kebijakan deregulasi lanjutan dari pemerintah, upaya stabilisasi nilai tukar, dan perkembangan di pasar keuangan global.
"Suku bunga The Fed diperkirakan naik secara gradual, baik besaran maupun waktunya pada 2016. Hal itu didasari bahwa inflasi AS diperkirakan di bawah target inflasi 2 persen. Jadi persepsi positif Indonesia akan semakin kuat karena pertumbuhan ekonomi naik dan inflasi terjaga pada kuartal II-IV/2016," jelasnya.
Agus menambahkan, prospek pertumbuhan ekonomi domestik akan membaik sehingga berdampak pada aliran modal asing yang masuk bakal terkerek naik. Hasilnya, sambung dia, neraca pembayaran bergerak positif.
"Dengan demikian, asumsi kurs rupiah pada tahun depan berada pada rentang Rp 13.700-13.900 per dolar AS," kata dia. (Fik/Ndw/Sar)
Advertisement