Peneliti Gunakan Drone untuk Membangun Jembatan

Suatu perusahaan teknologi Swiss mengembangkan cara menggunakan sejumlah drone untuk bekerjasama membangun jembatan tali.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 23 Sep 2015, 20:00 WIB
Suatu perusahaan teknologi Swiss mengembangkan cara menggunakan sejumlah drone untuk bekerjasama membangun jembatan tali.

Liputan6.com, Zurich - Para peneliti dari institute for Dynamic Systems and Control di bawah naungan ETH Zürich, Swiss berhasil memprogram sejumlah drone untuk bekerjasama secara otomatis dalam pembuatan jembatan tali.

Dala proyek ini tim ETH Zürich fokus kepada kemampuan unik drone guna memperoleh rancangan arsitektur jenis baru. Menurut situs ETH Zürich, para peneliti mulai menjadi pemberitaan pada tahun 2011 yang memanfaatkan algoritma matematika dan drone untuk menterjemahkan data rancangan digital menjadi lintasan terbang.

Hasilnya, rombongan drone berhasil menyusun 1500 bata plastik menjadi menara setinggi 6 meter. Selain mengatasi masalah daya angkut, para peneliti juga harus memanfaatkan kelincahan dan kemampuan drone dalam mencapai lokasi-lokasi sulit, dan bekerjasama satu sama lain untuk membuat bangunan yang tidak dapat dikerjakan sendiri.

Gambar dari ETH Zürich

Belum lama ini, sekelompok drone yang telah terprogram difungsikan untuk membuat jembatan tali dari bahan Dyneema-- bahan polietilen yang digunakan dalam beragam pemakaian seperti kain anti peluru. Berat bahan ini hanya mencapai sekitar 7 gram untuk setiap meter persegi-- menjadikan seutas tali memiliki garis tengah 4 milimeter dan dapat menahan beban sekitar 1.300 kilogram!

Namun sebelumnya kedua ujung jembatan diukur secara seksama dengan manual sebelum pembangunan dimulai. Selain itu, semua pekerjaan akan dilakukan oleh drone-- termasuk pembuatan simpul, ikatan, dan pilinan pada seutas tali sepanjang 120 meter, tugas ini  akan terbagi dalam 9 segmen untuk panjang jembatan yang mencapai 7,4 meter.

Gambar dari ETH Zürich

Sebetulnya, simulasi dapat dilakukan sebelum pembangunan dimulai, namun sensor gerakan sudah dapat memungkinkan lintasan penerbangan diatur dalam penerbangan. Sistem ini sekaligus akan memantau posisi drone dan memperhitungkan tenaga yang digunakan oleh pesawat berbaling empat itu.

Setelah diteliti, sebuah algoritma komputer kemudian mengeluarkan rangkaian koordinat dan mengirimkannya ke drone menggunakan jaringan telekomunikasi nirkabel.

Menurut para peneliti, inilah pertama kalinya drone berbaling-baling empat (quadcopters) membuktikan kemampuan secara otomatis untuk membuat bangunan yang dapat menopang beban tubuh manusia. (Alx/Rcy)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya