Liputan6.com, Jakarta Menjelajahi Kalimantan sama halnya dengan menjelajahi hamparan hutan hujan tropis yang maha luas, berbagai eksotika flora dan fauna ada di dalamnya. Termasuk di Taman Nasional Sebangau yang ada di Kabupaten Katingan, Palangkaraya, Kalimantan tengah. Tidak mudah untuk sampai ke lokasi ini, terlebih saat kemarau, pasalnya air sungai yang surut membuat perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Saat tim Liputan6.com berkunjung yang ditulis pada Kamis (24/9/2015), untuk sampai ke Taman Nasional Sebangau, tiap orang harus menyusuri Sungai Katingan menggunakan perahu boat selama 30 menit. Perjalanan menggunakan perahu boat sebenarnya bisa dilanjutkan sampai ke Keruing, namun karena air di Sungai Punggu Alas surut, perjalanan terpaksa harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri hutan gambut sepanjang 3 km selama 4 jam.
Advertisement
Taman Nasional Sebangau di Keruing didominasi oleh lahan gambut yang menjadi lahan penelitian masyarakat setempat bersama dengan WWF Kalimantan Tengah. Total tanaman penelitian yang ada di lahan gambut Taman Nasional Sebangau mencapai 3.231 pohon, pohon-pohon tersebut dihitung saat sudah memiliki diameter batang 10 cm.
Menurut data yang diperoleh Liputan6.com, jumlah flora yang ada di Taman Nasional Sebangau mencapai ratusan jenis, yang didominasi oleh pohon Saga Gulang. Berbagai jenis flora yang tumbuh di Taman Nasional Sebangau bisa dimanfaatkan secara ekonomi. Kayu Ulin dan Meranti Jawa misalnya, banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan rumah. Bahkan rotan yang banyak ditemukan juga bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan sayur.
Heri, salah seorang ranger di Taman Nasional Sebangau menuturkan, “Tidak hanya kaya akan flora, Taman Nasional Sebangau juga dikenal menjadi salah satu habitat bagi sekawanan Orang Utan, selain juga Tarsius.”
Lebih jauh Heri menjelaskan, taman nasional yang memiliki luas mencapai 568.000 hektar ini, juga menjadi habitat bagi 15 jenis mamalia, ratusan jenis burung, dan 54 spesies ular. Tak heran jika Taman Nasional Sebangau menjadi salah satu lokasi yang dipilih WWF, organisasi yang fokus pada kehidupan alam, sebagai lokasi penelitian. “Selain menjadi lokasi penelitian WWF, banyak juga mahasiswa jurusan biologi, turis mancanegara, biasanya yang sering datang itu turis Jerman dan Belanda. Selain berwisata, mereka juga mengadakan penelitian di sini,” ungkap Heri melanjutkan.
Namun demikian keberadaan hutan gambut di Taman Nasional Sebangau masih mendapat berbagai ancaman. Ancaman tersebut antara lain kebakaran hutan, ilegal logging, dan banjir. Oleh karenanya, masyarakat perlu diedukasi agar hutan gambut Kalimantan yang menjadi habitat asli sekawanan flora dan fauna eksotis khas Nunsantara tetap terjaga dan lestari sepanjang masa. (Ibo/Igw)