Liputan6.com, Pontianak Hari masih pagi. Jarum jam menunjukan pukul lima. Debu warna putih menghujani bumi. Matahari tak kunjung terbit hingga siang beranjak. Di tengah pekatnya kabut asap, tiba-tiba datang seseorang memakai baju warna putih, membawa perlengkapan solat.
Sawabina. Nama lengkap seorang pria berumur 40 tahun itu. Dia datang sendiri tanpa ditemani sanak saudaranya. Sesekali tanganya memegang sajadah. Matanya terlihat memerah, lelah sepertinya.
Advertisement
Kepada Liputan6.com, ia bercerita keluh kesah soal pekatnya kabut asap yang menyelimuti ibukota Kalimantan Barat, Pontianak, dalam sebulan ini.
“Sudah parah sebulan ini pekatnya kabut asap. Ada hujan selama dua hari ini, setelah itu malah parah pekatnya kabut asap,” tuturnya, sebelum melaksanakan salat Idul Adha di halaman Tugu Khatulistiwa, Jalan Khatulistiwa, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantann Barat, Kamis (24/9/2015).
Ia berpendapat, pekatnya kabut asap diduga diakibatkan pembakaran lahan gambut dan hutan dalama skala besar. “Kalau lahan gambut ini terbakar susah padammya. Karena di dalam tanah. Apalagi di tempat kita lahan gambut,” ucapnya, seraya meminta bukti nyata pemerintah menangani bencana kabut asap pekat di Kalimantan Barat, ini.
Saat berbincang dengan Liputan6.com, ia memang tidak menggunakan masker. Baginya, menggunakan masker sia-sia saja. Diakuinnya, sengaja tidak memakai masker sebagai sindiran pada pemerintah yang dinilainya abai pada warga negaranya. “Repot pakai masker. Ini sebagai bentuk sindiran lah. Ini sudah biasa aja kondisi seperti ini. Ya kami berharap pemerintah tegas menindak. Tahun ini lebih parah. Tahun lalu gak separah ini. Saya ada ngantar keluarga ke Jakarta, gak jadi batal. Karena gak ada penerbangan,” keluhnya, berharap pemerintah secara tegas menindak para pelaku pembakaran lahan dan hutan di wilayah ini.
Tamasya Gratis
Sementara itu, berdasarkan pantauan Liputan6.com, salat Idul Adha di Kota Pontianak, telihat khusyuk. Ribuan umat Islam di Kota Khatulistiwa silih berdatangan ke tempat salat yang telah disediakan. Salah satunya di Tugu Khatulistiwa, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak. Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument sendiri merupakan tempat objek wisata yang paling popular dikunjungi wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri. Dan Tugu ini merupakan salah satu ikon wisata di Bumi Khatulistiwa.Terlihat jelas, warga yang akan menunaikan salat Idul Adha tanpa menggunakan masker.
”Pada kesempatan yang mulia ini Khatib Syarif Usman Al Idrus akan memberikan khotbah. Mari perangi korupsi. Tingkat kurban perlu kita pertebal. Pentingnya persatuan islam yang harus ditingkatkan. Menamakan kesadaran berkurban pada diri kit sehari-hari. Mari kita resapi ibadah haji,” ucap Usman, ketika mengawali khotbah.
Khotbah usai, Usman pun mengajak berdoa pada jamaah; Ya Allah hilangkan lah pekatnya kabut asap di wilayah kami. Turunkanlah hujan Ya Allah,”. “ Amin, amin, amin,” demikian diamini oleh para jamaah, dengan penuh kecemasan pekatnya kabut asap.
Khotbah dikumandangkan oleh Usman tidak lama. Itu dikarenakan kondisi udara di Kota Pontianak dalam ketegori berbahaya. Maka khotbah dan salat Idul Adha pun dipercepat. Karena dikhawatirkan akan membayakan bagi kesehatan saat menghirup udara di Kota Pontianak ini dalam kategori Berbahaya berdasarkan data BMKG (Konsentrasi Partikulat PM10 di Pontianak tanggal 24 September 2015 (Pusat Kualitas Udara Informasi Partikulat BMKG)
Seusai melaksanakan salat Idul Adha, warga beramai-ramai berselfie ria. Dengan latar Tugu Khatulistiwa dan sungai Kapuas yang disemuti pekatnya kabut asap. Terlihat mereka membawa keluarga sekalian tamasya di Tugu Khatulistiwa yang saat itu selimuti pekat kabut asap. Mereka seakan-akan lupa kondisi udara di wilayah ini berbahaya untuk dihirup.
“Ini untuk suka-suka aja mas photo-photonya. Pusing mikirin pekatnya kabut asap yang tak kunjung usai. Saya tak tahu lagi harus bicara apa soal pekatnya kabut asap ini. Silakan lihat saja kondisinya sepertinya apa sekarang. Parah. Seolah-olah negera ini tidak perduli lagi dengan bencana kabut asap di Kalimantan Barat,” tutur warga Kota Pontianak yang tidak mau namanya ditulis. (Raden AMP)