Liputan6.com, Yerusalem - Konflik Israel dan Palestina telah berlangsung selama puluhan tahun. Hingga kini, hubungan kedua negara belum membaik. Berbagai bentrok pun terjadi. Salah satu yang paling disorot adalah bentrok di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa.
Ketika itu, 28 September 2000, pemimpin oposisi Israel, Ariel Sharon melakukan kunjungan yang dianggap provokatif, lantaran sistem pengamanan yang begitu ketat. Sementara, ratusan warga Palestina berdemo di sekitar rombongan Sharon.
Advertisement
Dalam siaran langsungnya saat itu, Korespoden BBC Hilary melaporkan bahwa kunjungan Sharon ini merupakan langkah Israel untuk menegaskan bahwa Yerusalem dan kompleks situs suci Al-Haram asy-Syarif (Temple Mount) itu milik negeri zionis.
Bagi Israel, kawasan tersebut merupakan teritori mereka usai perang tahun 1967. Begitu juga sebaliknya, Palestina menegaskan situs suci tersebut milik umat Muslim. Memang, lokasi kompleks sesungguhnya ini berada di tengah-tengah wilayah kedua negara.
Ariel Sharon membantah bahwa kunjungannya itu sebagai upaya untuk memprovokasi. Dia menegaskan, kedatangannya itu justru sebagai misi perdamaian.
"Saya datang untuk melihat aktivitas yang terjadi di tempat suci ini dan saya sungguh ingin mengetahui demi langkah selanjutnya," ujar Sharon, seperti dilansir laman BBC on This Day.
Sementara, Pemimpin Palestina saat itu, Yasser Arafat menilai kunjungan Sharon patut dicurigai. "Kunjungan tersebut merupakan langkah yang berbahaya," kata Arafat.
Beberapa jam kemudian, setelah Sharon meninggalkan Masjid Al-Aqsa, warga Palestina dan aparat Israel bentrok. Akibatnya, setidaknya, seperti dilaporkan Al-Jazeera, 5 orang Palestina tewas, sedangkan 25 petugas Israel terluka.
Menyusul insiden tersebut, Perdana Menteri Israel Ehud Barak mengatakan, pihak berencana membuat perjanjian dengan Palestina untuk membagi wilayah Jerusalem. Namun ia tak akan memberikan kekuasaan penuh situs suci tersebut.
Bentrokan ini merupakan awal dari Intifada Jilid II atau perjuangan warga Palestina melawan Israel. Hampir setiap hari, ketika itu, kedua pihak bentrok. Konflik ini berakhir pada awal 2005 setelah keduanya sepakat berdamai.
Sejarah lain mencatat pada 28 September 1950, Indonesia diterima sebagai negara anggota PBB. Namun saat konfrontasi Malaysia, RI sempat keluar keanggotaan PBB dan kembali lagi pada 28 September 1966. (Ali/Dan)